Sunday, January 20, 2019

106. Asbabun Nuzul Surah Al-Hujuraat - سورة الحجرات QS49

0 Comments

Asbabun Nuzul Surah Al-Hujuraat

15JAN
asbabun nuzul surah alqur’an
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya* dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu Berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu**, sedangkan kamu tidak menyadari.
3. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang Telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.
5. Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka Sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(al-Hujuraat: 1-5)
* maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya.
** meninggikan suara lebih dari suara nabi atau bicara keras terhadap nabi adalah suatu perbuatan yang menyakiti nabi. Karena itu terlarang melakukannya dan menyebabkan hapusnya amal perbuatan.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dll, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abi Mulaikah, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Zubair bahwa kafilah Bani Tamim datang kepada Rasulullah saw. Pada waktu itu Abu Bakrberbeda pendapat dengan ‘Umar tentang siapa yang seharusnya mengurus kafilah itu. Abu Bakr menghendaki agar al-Qa’qa’ bin Ma’bad yang mengurusnya sedangkan ‘Umar menghendaki al-Aqra’ bin Habis. Abu Bakr menegur ‘Umar: “Engkau hanya ingin selalu berbeda pendapat denganku.” Dan ‘Umarpun membantahnya. Perbedaan pendapat itu berlangsung hingga suara keduanya terdengar keras. Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 1-5) sebagai petunjuk agar meminta ketetapan Allah dan Rasul-Nya, dan jangan mendahului ketetapan-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari al-Hasan bahwa orang-orang menyembelih kurban sebelum waktu yang ditetapkan oleh Rasulullah saw. Maka Rasulullah memerintahkan berkurban sekali lagi. Ayat ini (al-Hujurat: 1) turun sebagai larangan kepada kaum Mukminin untuk mendahului ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
Menurut riwayat Ibnu Abid Dun-ya dalam Kitab al-Adlaahi, lafal riwayatnya sebagai berikut: seorang laki-laki menyembelih (kurbannya) sebelum shalat (Idul Adha)
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani di dalam Kitab al-Ausath, yang bersumber dari ‘Aisyah bahwa orang-orang mendahului shaum sebelum masuk bulan Ramadhan yang ditetapkan oleh Nabi saw. Ayat ini (al-Hujurat: 1) turun sebagai teguran kepada mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah bahwa waktu itu ada orang-orang yang menghendaki turunnya ayat tentang sesuatu. Maka turunlah ayat ini (al-hujurat: 1) yang melarang mendahului ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah bahwa orang-orang berbicara keras dan nyaring ketika berbicara dengan Nabi saw. Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 2) sebagai larangan atas perbuatan seperti itu.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Muhammad bin Tsabit bin Qais bin Syamas bahwa ketika turun ayat ….laa tarfa’uu ashwaatakum fauqo shautin nabiy… (..janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi..) (al-Hujurat: 2) terhempaslah Tsabit bin Qais di jalan sambil menangis. Ketika itu lewatlah ‘Ashi bin ‘Adi bin al-‘Ajlan seraya bertanya: “Mengapa engkau menangis ?” Ia menjawab: “Aku takut ayat ini (al-Hujurat:2) turun berkenaan dengan diriku, karena aku ini orang yang bersuara keras.”
Hal ini diajukan oleh ‘Ashim kepada Rasulullah saw. kemudian Tsabit-pun dipanggil. Rasul bersabda: “Apakah engkau tidak ridha jika engkau hidup terpuji, mati syahid, dan masuk syurga ?” Tsabit menjawab: “Aku ridha dan tidak akan mengeraskan suaraku selama-lamanya di hadapan Rasulullah saw…” Maka turunlah ayat selanjutnya (al-Hujurat: 3) yang melukiskan janji Allah kepada orang-orang yang taat kepada ketetapan-Nya.
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dan Abu Ya’la dengan sanad yang hasan, yang bersumber dari Zaid bin Arqam bahwa apabila orang-orang Arab berkunjung ke rumah Rasulullah saw, mereka suka berteriak memanggil beliau dari luar dengan ucapan: “Hai Muhammad ! Hai Muhammad !” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Hujurat: 4-5) yang melukiskan perbuatan seperti itu bukan akhlak Islam.
Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dari Ma’mar yang bersumber dari Qatadah. Riwayat ini mursal, tetapi mempunyai syawaahid (beberapa penguat) yang marfu’, yang ada di dalam kitab Sunanut Tirmidzi, dari Hadits al-Barra’ bin ‘Azid dll, tetapi tidak menyebutkan nuzulul ayat. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari al-Hasan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. sambil berteriak memanggil beliau dari luar: “Hai Muhammad ! Pujianku sangat baik, tapi cacianku juga sangat tajam.” Rasulullah saw. bersabda: “Celaka engkau, yang bersifat demikian itu adalah Allah.” Ayat ini (al-Hujurat: 4) turun sebagai larangan kepada orang-orang yang suka berteriak-teriak dari luar rumah.
Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari al-Aqra bin Habis bahwa al-Aqra bin Habis memanggil-manggil Rasulullah saw dari luar rumah, akan tetapi beliau tidak menjawabnya. Ia pun berteriak: “Hai Muhammad ! Sesungguhnya pujianku baik, dan cacianku sangat tajam.” Bersabdalah Rasulullah saw: “Yang bersifat demikian itu adalah Allah.” Ayat ini (al-Hujurat: 4-5) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dll, yang bersumber dari al-Aqra’ bahwa al-Aqra’ datang kepada Nabi saw. dan berteriak-teriak dari luar rumah :”Hai Muhammad, keluarlah !” Ayat ini (al-Hujurat: 4-5) turun sebagai teguran berkenaan dengan kekurang-sopanan dalam bertamu.
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
(al-Hujurat: 6)
Diriwayatkan oleh Ahmad dll dengan sanad yang baik, yang bersumber dari al-Harits bin Dlirar al-Kuza’i. Para perawi dalam sanad hadits ini sangat dapat dipercaya. Diriwayatkan pula oleh ath-Thabarani yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah, ‘Alqamah bin Najlah, dan Ummu Salamah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Selain itu Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari sumber lain yang mursal. Bahwa al-Harits menghadap Rasulullah saw. Beliau mengajaknya untuk masuk Islam. Iapun berikrar menyatakan diri masuk Islam. Rasulullah mengajaknya untuk mengeluarkan zakat, ia pun menyanggupi kewajiban itu, dan berkata: “Ya Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam dan menunaikan zakat. Orang-orang yang mengikuti ajakanku akan aku kumpulkan zakatnya. Apabila telah tiba waktunya , kirimkan utusan untuk mengambil zakat yang telah kukumpulkan itul”
Ketika al-Harits sudah banyak mengumpulkan zakat, dan waktu yang ditetapkan pun tiba, tak seorangpun utusan yang menemuinya. Al-Harits mengira telah terjadi sesuatu yang menyebabkan Rasulullah marah padanya. Iapun memanggil para hartawan kaumnya dan berkata: “Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu untuk mengutus seseorang untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan beliau tidak pernah menyalahi janjinya. Akan tetapi saya tidak tahu mengapa beliau menangguhkan utusannya itu. Mungkinkah beliau marah ? Mari kita berangkat menghadap Rasulullah saw.”
Rasulullah saw., sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan mengutus al-Walid bin ‘Uqbah untuk mengambil dan menerima zakat yang ada pada al-Harits. Ketika al-Walid berangkat, di perjalanan hatinya merasa gentar, lalu ia pun pulang sebelum sampai ke tempat yang dituju. Ia melaporkan (laporan palsu) kepada Rasulullah bahwa al-Harits tidak mau menyerahkan zakat kepadanya, bahkah mengancam akan membunuhnya.”
Kemudian Rasulullah mengirim utusan berikutnya kepada al-Harits. Di tengah perjalanan, utusan itu berpapasan dengan al-Harits dan shahabat-shahabat nya yang tengah menuju ke tempat Rasulullah saw.. Setelah berhadap-hadapan, al-Harits menanyai utusan itu: “Kepada siapa engkau diutus ?” Utusan itu menjawab: “Kami diutus kepadamu.” Dia bertanya : “Mengapa ?” Mereka menjawab : “Sesungguhnya Rasulullah saw telah mengutus al-Walid bin ‘Uqbah. Namun ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat, bahkan bermaksud membunuhnya.” Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada yang datang kepadaku.”
Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah saw. bertanyalah beliau: “Mengapa engkau menahan zakat dan akan membunuh utusanku ?” Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 6) sebagai peringatan kepada kaum Mukminin agar tidak hanya menerima keterangan dari sebelah pihak saja.
9. Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
(al-Hujurat: 9)
Diriwayatkan oleh asy-Syaikhaan yang bersumber dari Anas bahwa Nabi saw. naik keledai pergi ke rumah ‘Abdullah bin Ubay (seorang munafik). Berkatalah ‘Abdullah bin Ubay: “Enyahlah engkau dariku ! Demi Allah, aku telah terganggu dengan bau busuk keledaimu ini.” Seorang Anshar berkata: “Demi Allah, keledainya lebih harum baunya daripada engkau.” Marahlah anak buah ‘Abdullah bin Ubay kepadanya, sehingga timbullah kemarahan pada keduabelah pihak, maka terjadilah perkelahian dengan menggunakan pelepah kurma, tangan, dan sandal. Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 9) berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang memerintahkan agar menghentikan peperangan dan menciptakan perdamaian.
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari abu Malik bahwa ada dua orang dari kaum Muslimin yang bertengkar satu sama lain. Kemudian marahlah para pengikut kedua kaum itu dengan menggunakan tangan dan sendal. Ayat ini (al-Hujurat: 9) turun sebagai perintah untuk menghentikan perkelahian dan menciptakan perdamaian.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari as-Suddi bahwa seorang laki-laki Anshar yang bernama ‘Imran, beristrikan Ummu Zaid. Ummu Zaid bermaksud ziarah ke rumah keluarganya, akan tetapi dilarang oleh suaminya, bahkan dikurung di atas loteng. Ummu Zaid mengirim utusan kepada kelauarganya. Maka datanglah kaumnya menurunkannya dari loteng untuk dibawa ke rumah keluarganya.
Suaminya (‘Imran) meminta tolong kepada keluarganya. Maka datanglah anak-anak pamannya mengambil kembali istrinya dari keluarganya. Dengan demikian terjadilah perkelahian, pukul-memukul dengan menggunakan sendal untuk memperebutkan Ummu Zaid. Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 9) berkenaan dengan peristiwa tersebut. Rasulullah saw. mengirim utusan kepada mereka untuk mendamaikan perselisihan mereka. Akhirnya merekapun tunduk kepada perintah Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari al-Hasan bahwa perkelahian yang disebut dalam riwayat di atas, terjadi antara dua suku. Mereka dipanggil ke pengadilan, akan tetapi mereka membangkang. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Hujurat: 9) sebagai peringatan kepada orang-orang yang bertengkar agar segera berdamai.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah bahwa ayat ini (al-Hujurat: 9) turun berkenaan dengan dua orang Anshar yang tawar-menawar dalam memperoleh haknya. Salah seorang mereka berkata: “Aku akan mengambilnya dengan kekerasan, karena aku mempunyai banyak kawan. Sedangkan satunya lagi mengajak untuk menyerahkan keputusannya kepada Rasulullah saw. Orang itu menolak, sehingga terjadi pukul-memukul dengan sandal dan tangan, akan tetapi tidak sampai terjadi pertumpahan darah. Ayat ini (al-Hujurat: 9) memerintahkan supaya melawan orang yang menolak perdamaian.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri*** dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman**** dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
(al-Hujurat: 11)
*** Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
**** panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.
Diriwayatkan di dalam kitab Sunan yang empat (sunanu Abi Dawud, sunanut Tirmidzi, sunanun Nasaa’i, sunanubni Majah) yang bersumber dari Abu Jubair adl-Dlahak. Menurut at-Tirmidzi hadits ini hasan. Bahwa seorang laki-laki mempunyai dua atau tiga nama. Orang itu sering dipanggil dengan nama tertentu yang tidak dia senangi. Ayat ini (al-Hujurat: 11) turun sebagai larangan menggelari orang dengan nama-nama yang tidak menyenangkan.
Diriwayatkan oleh al-Hakim, yang bersumber dari Abu Jubair bin adl-Dlahak bahwa nama-nama gelar di zaman jahiliyah sangat banyak. Ketika Nabi saw. memanggil seseorang degan gelarnya, ada orang yang memberitahukan kepada beliau bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah ayat ini (al-Hujurat: 11) yang melarang memanggil orang dengan gelar yang tidak disukainya.
Diriwayatkan oleh Ahmad yang bersumber dari Abu Jubair bin adl-Dlahak bahwa ayat ini (al-Hujurat: 11) turun berkenaan dengan Bani Salamah. Nabi saw. tiba di Madinah pada saat orang-orang biasanya mempunyai dua atau tida nama. Pada suatu saat Rasulullah saw. memangil seseorang dengan salah satu namanya, tetapi ada yang berkata: “Ya Rasulullah. Sesungguhnya ia marah dengan panggilan itu.” Ayat,…wa laa tanaabazu bil alqoob.. (.. dan janganlah kamu panggil memanggil degan gelar-gelar yang buruk..) (al-Hujurat: 11) turun sebagai larangan memanggil orang dengan sebutan yang tidak disukainya.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(al-Hujurat: 12)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini (al-Hujurat: 12) turun berkenaan dengan Salman al Farisi yang bila selesai makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah ayat ini (al Hujurat: 12) yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan keaiban orang lain.
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(al-Hujurat: 13)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersuber dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa fat-hu Makkah (penaklukan kota Mekah), Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan azan. Beberapa orang berkata: “Apakah pantas budak hitam ini azan di atas Ka’bah ?” Maka berkatalah yang lain: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Dia akan menggantinya.” Ayat ini (al-Hujurat: 13) turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir di dalam kitab Mbhamaat-nya (yang ditulis tangan oleh Ibnu Basykuwal), yang bersumber dari Abu Bakr bin Abin Dawud di dalam tafsir-nya bahwa ayat ini (al-Hujurat: 13) turun berkenaan dengan Abu Hind yang akan dikawinkan oleh Rasulullah saw. kepada seorang wanita Bani Bayadlah. Bani Bayadlah berkata: “Wahai Rasulullah, pantaskah kalau kami mengawinkan putri-putri kami kepada bekas budak-budak kami ?” Ayat ini (al-Hujurat: 13) turun sebagai penjelasan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan antara bekas budak dan orang merdeka.
17. Mereka merasa Telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa Telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, Sebenarnya Allah, dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
(al-Hujurat: 17)
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang hasan, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Abi Aufa. Diriwayatkan pula oleh al-Bazzar dari Sa’id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari al-Hasan, disebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada waktu fat-hu Makkah. Bahwa sebagian bangsa Arab berkata: “Wahai Rasulullah. Kami beriman dan tidak memerangi tuan, akan tetapi suku yang lain memerangi tuan.” Ayat ini (al-Hujurat: 17) turun melukiskan sifat-sifat orang yang merasa berjasa karena masuk Islam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang bersumber dari Muhammad bin Ka’b al-Qurazhi bahwa pada tahun ke-9 Hihjriyah sepuluh orang dari Bani Asad menghadap Rasulullah saw. diantaranya terdapat Thulaihah bin Kuwailid. Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang berada di masjid bersama para shahabatnya. Berkatalah juru bicara mereka: “Ya Rasulullah, kami percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah Yang Maha Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya tuan adalah Hamba dan utusan-Nya. Kami datang menghadap tuan, walaupun tuan belum pernah mengirim utusan kepada kami, dan kami bertanggung jawab atas orang-orang yang ada di belakang kami.”
Ayat ini (al-Hujurat: 17) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan orang-orang yang merasa berjasa, dan karenanya mereka merasa berhak mendapat balas jasa.
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur di dalam Kitab Sunan-nya, yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa segolongan orang Arab dari Bani Asad menghadap Nabi saw. sambil berkata: “Kami datang kepada tuan untuk masuk Islam. Kami tidak pernah memerangi tuan.” Allah menurunkan ayat ini (al-Hujurat: 17), yang melukiskan adanya orang-orang yang menuntut balas jasa karena merasa berjasa telah masuk Islam.

x


Surah al Hujuraat

Wahai orang-orang Yang beriman! janganlah kamu memandai-mandai (melakukan sesuatu perkara) sebelum (mendapat hukum atau kebenaran) Allah dan RasulNya; dan bertaqwalah kamu kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui. (Surah al Hujuraat:1)

Wahai orang-orang Yang beriman! janganlah kamu mengangkat suara kamu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu menyaringkan suara (dengan lantang) semasa bercakap dengannya sebagaimana setengah kamu menyaringkan suaranya semasa bercakap Dengan setengahnya Yang lain. (larangan Yang demikian) supaya amal-amal kamu tidak hapus pahalanya, sedang kamu tidak menyedarinya. (Surah al Hujuraat:2)

Sesungguhnya orang-orang Yang merendahkan suaranya semasa mereka berada di sisi Rasulullah (s.a.w), - merekalah orang-orang Yang telah dibersihkan Allah hati mereka untuk bertaqwa; mereka beroleh keampunan dan pahala Yang besar. (Surah al Hujuraat:3)

Sesungguhnya orang-orang Yang memanggilmu dari luar bilik-bilik (tempat ahlimu, Wahai Muhammad), kebanyakan mereka tidak mengerti (adab dan tata tertib). (Surah al Hujuraat:4)

dan kalaulah mereka bersabar menunggu sehingga Engkau keluar menemui mereka, tentulah cara Yang demikian lebih baik bagi mereka; dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (Surah al Hujuraat:5)
x

Surah Al-Hujuraat - سورة الحجرات

[49:1 - 49:5] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah] 

49:1
49_1
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memandai-mandai (melakukan sesuatu perkara) sebelum (mendapat hukum atau kebenaran) Allah dan RasulNya; dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
(Al-Hujuraat 49:1) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark | Muka Surat 515 - ٥١٥

49_2
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengangkat suara kamu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu menyaringkan suara (dengan lantang) semasa bercakap dengannya sebagaimana setengah kamu menyaringkan suaranya semasa bercakap dengan setengahnya yang lain. (Larangan yang demikian) supaya amal-amal kamu tidak hapus pahalanya, sedang kamu tidak menyedarinya.
(Al-Hujuraat 49:2) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark | Muka Surat 515 - ٥١٥

49_3
Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya semasa mereka berada di sisi Rasulullah (s.a.w), - merekalah orang-orang yang telah dibersihkan Allah hati mereka untuk bertaqwa; mereka beroleh keampunan dan pahala yang besar.
(Al-Hujuraat 49:3) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark | Muka Surat 515 - ٥١٥

49_4
Sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu dari luar bilik-bilik (tempat ahlimu, wahai Muhammad), kebanyakan mereka tidak mengerti (adab dan tata tertib).
(Al-Hujuraat 49:4) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark | Muka Surat 515 - ٥١٥

49_5
Dan kalaulah mereka bersabar menunggu sehingga engkau keluar menemui mereka, tentulah cara yang demikian lebih baik bagi mereka; dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
(Al-Hujuraat 49:5) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark | Muka Surat 516 - ٥١٦
x

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa kafilah Bani Tamim telah datang kepada Rasulullah. Pada waktu itu Abu Bakar berbeza pendapat dengan Umar tentarig siapa yang seharusnya menguruskan kafilah itu. Abu Bakar menghendaki agar al Qa'qa bin Makbad yang mengurus mereka, tetapi Umar menghendaki al Aqra bin Habis. Kemudian Abu Bakar menegur Umar: "Engkau hanya ingin berbeza pendapat denganku," dan Umar membantahnya. Perbezaan pendapat ini berlangsung sehingga kedengaran suara yang kuat di antara mereka.

Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:1 -5) sebagai petunjuk untuk meminta ketetapan dari Allah dan RasulNya serta jangan cuba melampaui ketetapanNya. (Diriwayatkan oleh al Bukhari dan yang lainnya dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abi Mulaikah dari Abdullah bin Zubair)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa terdapat orang-orang yang menyembelih korban sebelum tiba waktu yang ditetapkan oleh Rasulullah. Oleh sebab itu, Rasulullah memerintahkan agar mereka menyembelih korban sekali lagi. Maka penurunan ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 1) adalah sebagai larangan kepada kaum Mukminin untuk mendahului ketetapan Allah dan RasulNya. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Munzirdari al Hasan)

KETERANGAN
Menurut riwayat Ibnu Abid Dunya di dalam Kitabul Adlahi, lafaz riwayat ini adalah seperti berikut: "Seorang lelaki menyembelihnya sebelum sembahyang Aidul Adha."
Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa terdapat orang-orang yang mendahului puasa sebelum masuk bulan Ramadan yang ditetapkan oleh Nabi. Maka ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:1) turun sebagai teguran kepada mereka. (Diriwayatkan oleh at Thabarani di dalam kitab al Ausath dari Aisyah)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa orang-orang pada ketika itu menghendaki turunnya ayat tentang sesuatu. Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 1) yang melarang mendahului ketetapan Allah dan RasulNya. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa pada ketika itu terdapat orang-orang yang bercakap kuat dan nyaring apabila berbicara dengan Nabi. Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 2) sebagai larangan akan perbuatan seperti itu. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ketika turun ayat "la tarfau ashwatakum fauqa shautin nabi" dari ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:2) tercampaklah Thabit bin Qais di atas jalan sambil menangis. Ketika itu Ashim bin al Ajlan lalu di situ dan bertanya: "Mengapa engkau menangis?" Dia menjawab: "Aku takut ayat ini turun berkenaan dengan diriku, kerana aku ini adalah seorang yang bersuara nyaring.

Kemudian Ashim mengadu perkara ini kepada Rasulullah dan Thabit pun dipanggil. Rasul bersabda: "Apakah engkau tidak redha jika hidup engkau terpuji, mati syahid dan masuk syurga." Dia menjawab: "Aku redha dan aku tidak akan menyaringkan suaraku buat selama-lamanya di hadapan Rasulullah." Maka turunlah ayat yang berikutnya (Surah al Hujuraat: 49: 3) yang menceritakan janji Allah kepada orang-orang yang taat akan ketetapanNya. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari muhammad bin Thabit bin Qais bin Syamas)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa apabiia orang-orang berkunjung ke rumah Rasulullah, mereka akan menjerit memanggil nama Rasulullah dari luar dengan ucapan-ucapan: "Hai Muhammadl Hai Muhammad!"

Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:4-5) sebagai gambaran bahawa perbuatan seperti itu adalah salah dan tidak menurut akhlak Islam. (Diriwayatkan oleh at Thabarani dan Abu Ya'la dengan sanad yang hasan dari Zaid bin Arqam)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa seorang lelaki datang kepada Nabi sambil menjerit memanggil namanya dari luar: "Hai Muhammad! Pujianku sangat baik tetapi cacianku juga sangat tajam." Rasulullah bersabda: "Celakalah engkau, [At Thabari, juz XXVI, hal 122] sesungguhnya yang bersifat demikian itu adalah Allah." Maka ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:4) turun sebagai larangan kepada orang-orang yang suka menjerit-jerit dari luar rumah. (K. Diriwayatkan oleh Abdul Razak dati Ma'mar dari Qatadah) (Riwayat ini mursal tetapi mempunyai saksi-saksi yang marfukdari Hadis al Barra bin Azib dan perawi lain yang ada dalam kitab Sunan Tirmizi tetapi tidak menyebut nuzulul ayat) (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Hasan)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa Al Aqra bin Habis memanggil-manggil Rasulullah dari luar rumah, akan tetapi Rasulullah tidak menjawabnya. Kemudian dia pun berteriak: "Hai Muhammad! Sesungguhnya pujianku baik dan cacianku sangat tajam." Bersabdalah Rasulullah: "Sesungguhnya, yang bersifat demikian itu adalah Allah." Maka ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:4-5) turun berkenaan dengan peristiwa di atas. (K. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang sahih dari al Aqra bin Habis)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa al Aqra datang kepada Nabi dan menjerit-jerit memanggil nama baginda dari luar rumah: "Hai Muhammad! Keluarlah." Maka ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 4-5) turun sebagai teguran di atas perbuatan yang kurang sopan dl dalam melakukan kunjungan ke rumah orang lain. (Diriwayatkan oteh Ibnu Jarir dan perawi lain dari al Aqra)

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) -sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan. " (Surah al Hujuraat: 49: 6)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa al Harts datang mengadap kepada Nabi. Kemudian Nabi mengajaknya masuk Islam. Maka dia pun berikrar menyatakan masuk Islam. Lalu baginda menyerunya untuk mengeluarkan zakat dan dia menyanggupi kewajipan itu dan berkata: "Ya Rasulullah, aku akan pulang kepada kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam dan menunaikan zakat. Barang siapa yang mengikut ajakanku, akan aku kumpulkan zakatnya. Oleh itu, apabila telah sampai waktunya, kirimlah utusan untuk mengambil zakat yang telah kukumpulkan itu. "

Ketika al Harts telah selesai mengumpulkan zakat, dan waktu yang ditetapkan telah tiba, tetapi tidak ada seorang utusan pun yang datang kepadanya. Maka dia merasa sesuatu telah terjadi yang menyebabkan Rasulullah marah kepadanya. Kemudian dia memanggil para hartawan kaumnya dan berkata: "Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu dan akan mengutus seseorang untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan Rasulullah tidak pernah menyalahi janjinya. Akan tetapi saya tidak tahu mengapa baginda menangguhkan utusannya itu. Mungkinkah baginda marah. Oleh itu mari kita berangkat untuk mengadap baginda."

Adapun Rasulullah, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan mengutus al Walid bin Uqbah untuk mengutip dan menerima zakat yang ada pada al Harts. Ketika dalam perjalanan hati al Walid merasa gentar, lalu dia pulang sebelum sempat sampai ke tempat yang hendak dituju. Kemudian dia membuat laporan palsu kepada Rasulullah dengan mengatakan bahawa al Harts tidak menyerahkan zakat kepadanya bahkan dirinya akan dibunuh.

Kemudian Rasulullah mengirim utusan yang berikutnya kepada al Harts. Dalam perjalanan al Harts dan para sahabatnya bertemu dengan utusan tersebut dan bertanya: "Kepada siapa engkau diutuskan?" Utusan itu menjawab: "Kami diutuskan kepadamu." Dia bertanya lagi: "Mengapa?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya Rasulullah telah mengutus al Walid bin Uqbah. Dia mengatakan bahawa engkau tidak mahu menyerahkan zakat, bahkan berniat untuk membunuhnya." Harts menjawab: "Demi Allah, yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya dan tidak ada yang datang kepadaku."

Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah, baginda bertanya kepada mereka: "Mengapa engkau menahan zakat dan hendak membunuh utusanku?" Dia menjawab: "Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian." Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:6) sebagai peringatan kepada kaum mukminin supaya tidak menerima keterangan dari sebelah pihak sahaja. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan perawi lain dengan sanad yang baik dari al Harts bin Dhirar al Khuzai. Sanad perawi hadis ini adalah sangat dipercayai) (Diriwayatkan oleh at Thabarani dari Jabir bin Abdillah, Alqamah bin Najiah dan Ummu Salamah) (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari al Ufi dari Ibnu Abbas) (Di samping itu, Ibnu Jarir meriwayatkan dari sumber lain yang mursal) 

dan jika dua puak dari orang-orang Yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap Yang lain, maka lawanlah puak Yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya Dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam Segala perkara); Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang Yang berlaku adil. (Surah al Hujuraat: 49: 9)

Terdapat satu riwayat yang mengemukakan bahawa Nabi pergi ke rumah Abdullah bin Ubay iaitu seorang munafik dengan menaiki keldai. Kemudian Abdullah bin Ubay berkata: "Pergilah engkau dari sini, demi Allah aku telah terganggu kerana bau busuk keldaimu ini." Berkatalah seorang dari kaum Ansar: "Demi Allah, keldainya lebih harum baunya daripada engkau." Oleh itu perkara ini menyebabkan kemarahan kepada anak buah Abdullah bin Ubay. Akhirnya timbullah kemarahan di antara kedua belah pihak dan terjadilah pergaduhan dengan menggunakan pelepah kurma, tangan dan sandal.

Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 9) berkisar tentang peristiwa tersebut. Di dalam ayat ini Allah memerintahkan agar menghentikan peperangan dan mencipta kedamaian. (Diriwayatkan oleh as Syaikhani dari Anas)

Riwayat lain pula ada mengemukakan bahawa terdapat dua orang dari kaum Muslimin bertengkar di antara satu sama lain. Kemudian marahlah para pengikut kedua kaum itu dan akhirnya mereka bergaduh dengan menggunakan tangan dan sandal. Maka penurunan ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:9) adalah sebagai perintah untuk menghentikan pergaduhan dan mencipta kedamaian. (Diriwayatkan oleh Said bin Mansur dan Ibnu Jarir dari Abi Malik)

Dalam riwayat lain, ada juga dikemukakan bahawa terdapat seorang lelaki Ansar yang bernama 'Imran beristerikan Ummu Zaid. Isterinya berniat untuk menziarahi keluarganya, akan tetapi dilarang oleh suaminya bahkan dikurung oleh suaminya di atas loteng.

Oleh kerana itu, si isteri mengirim utusan kepada keluarganya. Maka datanglah kaumnya lalu menurunkannya dari loteng tersebut untuk dibawa ke rumah keluarganya. Sementara itu si suami meminta tolong kepada ahlinya. Dengan itu, datanglah anak-anak bapa saudaranya mengambil kembali wanita tersebut dari keluarganya. Oleh yang demikian terjadilah pergaduhan pukul-memukul dengan menggunakan sandal untuk merebut wanita tersebut. Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuurat: 49:9) berkisar tentang peristiwa tersebut.

Kemudian Rasulullah mengirim utusan kepada mereka untuk mendamaikan perselisihan dan tunduklah mereka kepada perintah Allah Subha nahu wa Taala. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari as Suddi)

Di samping itu terdapat riwayat lain yang mengemukakan bahawa pergaduhan yang disebutkan di dalam riwayat di atas terjadi di antara dua suku. Kemudian mereka di panggil ke muka pengadilan, akan tetapi mereka membangkang.

Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Hujuurat: 49:9) sebagai peringatan kepada orang-orang yang bertengkar supaya segera mencipta perdamaian. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al Hasan)

Dalam riwayat lain pula ada mengemukakan bahawa ayat ini (Surah al Hujuurat: 49: 9) turun berkisar tentang dua orang Ansar yang tawar-menawar di antara satu sama lain untuk memperolehi haknya. Kemudian salah seorang di antara mereka berkata: "Aku akan mengambilnya dengan kekerasan, kerana aku mempunyai ramai kawan. "Sementara itu, seorang lagi mengajak untuk menyerahkan keputusan kepada Rasulullah. Akan tetapi orang itu menolaknya sehingga terjadi pukul-memukul dengan menggunakan sandal dan tangan di antara mereka tetapi tidak berlaku pertumpahan darah.

Oleh itu, penurunan ayat ini adalah sebagai perintah untuk melawan orang yang menolak perdamaian. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah)

"Wahai orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lalaku) mencemuh dan merendah-rendahkan puak lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah setengah dari kamu menyatakan keaipan setengahnya yang lain; dan jangan pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan nama fasik (kepada seseorang) sesudah ia beriman. Dan (ingatlah), sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka merekalah orang yang zalim." (Surah al Hujuraat: 49: 11)

Terdapat suatu riwayat yang mengemukakan bahawa seorang lelaki itu akan mempunyai dua atau tiga nama dan dipanggil dengan menggunakan nama tertentu agar orang itu merasa tidak senang dengan panggilan tersebut.

Oleh itu, ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:11) turun sebagai larangan untuk memberi gelaran kepada orang dengan nama-nama yang tidak menyenangkan. (Diriwayatkan di dalam kitab Sunan yang empat dari Abi Jubair Ibnu Dlahhak) (Menurut at Tirmizi hadis ini hasan)

Riwayat lain pula ada mengemukakan bahawa pada zaman jahiliyah nama-nama gelaran adalah sangat banyak. Ketika Nabi memanggil seseorang dengan nama gelarannya, ada orang yang memberitahu kepadanya bahawa gelaran itu tidak disukai olehnya. Maka turunlah ayat ini (surah al Hujuraat: 49:11) yang melarang memanggil nama orang dengan gelaran yang tidak disukainya. (Diriwayatkan oleh al Hakim dan perawi lain dari Abi Jubair Ibnu Dlahhak)

Dalam riwayat lain juga ada dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:11) turun berkenaan dengan Bani Salamah. Ketika Nabi tiba di Madinah, baginda mendapati orang-orang di situ mempunyai dua atau tiga nama. Akan tetapi apabila Rasulullah memanggil seseorang dengan salah satu daripada namanya ada orang berkata: "Ya Rasulullah! Sesungguhnya dia marah dengan panggilan itu."Ayat "wala tana bazu bit alqab" (Surah al Hujuraat: 49:11) turun sebagai larangan dari memanggil nama orang dengan sebutan yang tidak disukai olehnya. (Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abi Jubair Ibnu Dlahhak)

"Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa, dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaipan orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka makan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. " (Surah al Hujuraat: 49: 12)

Terdapat riwayat yang mengemukakan bahawa ayat di atas turun berkisar tentang Salman al Farisi. Apabila telah selesai makan dia akan terus tidur lalu berdengkur. Pada waktu itu ada orang yang membawa cerita tentang perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 12) yang melarang seseorang itu mengumpat dengan menceritakan keaiban orang lain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Munzirdari Ibnu Juraij)

"Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah ialah orang yang lebih takwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu)." (Surah al Hujuraat: 49:13)

Terdapat suatu riwayat yang mengemukakan bahawa ketika fathu Mekah Bilal naik ke atas Kaabah untuk menunaikan azan. Kemudian beberapa orang berkata: "Apakah patut seorang budak hitam azan diatas Kaabah?" Maka yang lainnya pula berkata: "Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantikannya." Ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:13) turun sebagai penjelasan bahawa tidak ada diskriminasi di dalam Islam dan orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abi Mulaikah) 

Riwayat lain pula ada mengemukakan bahawa ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:13) turun berkisar tentang kisah Abi Hindin yang akan dikahwinkan oleh Rasulullah dengan seorang wanita Bani Bayadhah. Kemudian Bani Bayadhah berkata: "Wahai Rasulullah patutkah kalau kami mengahwinkan puteri-puteri kami dengan hamba-hamba kami?"
Ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:13) turun sebagai penjelasan bahawa dalam Islam tidak ada perbezaan di antara bekas hamba dengan orang yang merdeka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam kitab Mubhamat (yang ditulis tangan oleh Ibnu Basykual) dari Abu Bakar bin Abi Daud di dalam tafsirnya) 

"Mereka mengira dirinya berbudi kepadamu (wahai Muhammad) dengan sebab mereka telah Islam (tidak melawan dan tidak menentang). Katakanlah (kepada mereka): "Janganlah kamu mengira keislaman kamu itu sebagai budi kepadaku, bahkan (kalaulah sah dakwaan kamu itu sekalipun maka) Allah jualah yang berhak membangkitkan budiNya kepada kamu, kerana Dialah yang memimpin kamu, kepada iman (yang kamu dakwakan itu), kalau betul kamu orang yang benar (pengakuan imannya)." (Surah al Hujuraat: 49:17)

Terdapat suatu riwayat yang mengemukakan bahawa sebahagian dari bangsa Arab berkata: "Wahai Rasulullah! Kami beriman dan tidak memerangi tuan akan tetapi suku yang lain telah memerangi tuan" Ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:17) turun untuk menjelaskan sifat-sifat orang yang merasakan dirinya sudah berjasa kerana memeluk Islam. (Diriwayatkan oleh at Thabarani dengan sanad yang hasan dari Abdullah bin Abi Aufa) (Diriwayatkan pula oleh al Bazzar dari Said bin Jubairdari Ibnu Abbas) (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dari al Hasan, dan kejadian tersebut berlaku pada fathu Mekah) 

Riwayat lain pula ada mengemukakan bahawa pada tahun kesembilan hijrah, sepuluh orang dari Bani Asad datang mengadap Rasulullah. Di antara mereka itu ialah Tulaihah bin Khuwailid. Pada ketika itu Rasulullah sedang berada di masjld bersama para sahabatnya.

Kemudian jurucakap mereka berkata: "Ya Rasulullah, kami percaya sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah, Maha Tunggal tidak ada sekutu bagiNya. Dan sesungguhnya tuan adalah hamba dan utusanNya. Kami datang mengadap tuan walaupun tuan belum pernah mengirim utusan kepada kami dan kami bertanggungjawab kepada orang-orang yang berada di belakang kami."

Maka ayat ini (Surah al Hujuraat: 49:17) turun berhubung dengan peristiwa tersebut. Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa orang-orang yang merasa dirinya berjasa berhak untuk meminta agar jasanya dibalas.  (Diriwayatkan oleh Ibnu Said dari Muhammad bin Kaab al Qurazi) 

Dalam riwayat lain juga ada dikemukakan bahawa segolongan orang-orang Arab dari Bani Asad datang mengadap Rasulullah sambil berkata: "Kami datang kepada tuan untuk masuk Islam dan tidak pernah memerangi tuan." Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Hujuraat: 49: 17) adalah untuk menceritakan keadaan orang-orang yang merasa dirinya berjasa kerana telah memeluk Islam dan menuntut balasan di atas jasa mereka. (Diriwayatkan oleh Said bin Mansur di dalam kitab sunannya dari Said bin Jubair) 

No comments:

Post a Comment

 
back to top