Saturday, January 19, 2019

46. Asbabun Nuzul Surah 56 Al-Waqi’ah

0 Comments

Asbabun Nuzul Surah Al-Waqi’ah

15JAN
asbabun nuzul surah alqur’an
“11. Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. 12. Berada dalam jannah kenikmatan. 13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, 14. Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian*”
(al-Waqi’ah: 11-14)
* yang dimaksud adalah umat sebelum nabi Muhammad dan umat sesudah nabi Muhammad SAW.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim –di dalam sanadnya ada rawi yang tidak dikenal-, yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa ketika turun ayat ini (al-Waqi’ah: 11-14) sampai ayat tsullatun minal awwaliina wa qaliilumminal aakhiriin (segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian [yang masuk syurga]), kaum Muslimin tidak merasa gembira. Maka turunlah ayat berikutnya, tsullatun minal awwaliina wa tsullatum minal aakhiriin ([yaitu] segolongan besar dari orang-orang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian) (al-Waqi’ah: 39-40), yang menegaskan bahwa dari zaman Islam mulai muncul sampai hari akhir, akan banyak kaum Muslimin yang menjadi ahli syurga.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir di dalam Tarikh Dimasyqa, dengan sanad yang diragukan, dari ‘Urwah bin Ruwaim, yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah bahwa ketika turun idzaa waqa’atil waaqi’ah (apabila terjadi hari kiamat) dan di dalamnya diterangkan, tsullatum minal awwaliina wa qaliilum minal aakhiriin (sebagian besar dari golongan orang-orang terdahulu dan sebagian kecil dari orang-orang yang kemudian) (al-Waqi’ah: 13-14), ‘Umar berkata: “Yaa Rasulullah. Tsullatum minal awwaliina wa qaliilum minnaa ? (segolongan besar dari golongan orang-orang terdahulu dan sebagian kecil dari kita ?).” Setahun kemudian barulah turun ayat berikutnya (al-Waqi’ah: 39-40) yang menegaskan bahwa segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan sebagian besar pula dari golongan orang-orang yang hidup kemudian (yang masuk syurga). Ketika itu Rasulullah saw. memanggil ‘Umar: “Hai ‘Umar. Mari dengarkan apa yang telah diturunkan Allah, tsullatum minal awwaliina wa tsullatum minal aakhiriiin (segolongan besar dari orang-orang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian).”
27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
28. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
29. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
(al-Waqi’ah: 27-29)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Urwah bin Ruwaim, tetapi mursal. Dan diriwayatkan pula oleh Sa’id bin Manshur di dalam Sunan-nya dan al-Baihaqi di dalam Kitab al-Ba’ts, yang bersumber dari ‘Atha’ dan Mujahid bahwa setelah Rasulullah mengizinkan orang-orang Tha-if menguasai lembah yang indah dan bersarang madu, mereka mendengar bahwa syurga itu serba indah. Mereka pun berangan-angan memiliki lembah di syurga, seperti yang dimilikinya waktu itu. Maka turunlah ayat ini (al-Waqi’ah: 27-29) yang melukiskan di syurga Na’im yang disediakan bagi golongan kanan.
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lain, yang bersumber dari Mujahid bahwa orang-orang kagum melihat lembah yang teduh dinaungi pohon-pohon yang rindang dan indah. Ayat ini (al-Waqi’ah: 27-29) turun melukiskan kehidupan di syurga yang serba indah dan menyenangkan.
75. Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran.
76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui.
77. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
79. Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
80. Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.
81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?
82. Kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.
(al-Waqi’ah: 75-82)
Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika turun hujan pada masa Rasulullah saw., Rasulullah saw bersabda: “Di antara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir karena turun hujan.” Di antara yang hadir berkata: “Ini adalah rahmat yang diberikan Allah.” Sedang yang lainnya berkata: “Sungguh tepat benar ramalan si anu.” Maka turunlah ayat ini (al-Waqi’ah: 75-82) untuk mengingatkan bahwa semua kejadian adalah ketetapan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Hazrah bahwa ayat ini (al-Waqi’ah: 75-82) turun berkenaan dengan serombongan kaum Anshor, waktu perang Tabuk, yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Shalih as.) mereka dilarang menggunakankan air yang ada di situ. Kemudian mereka pindah dari tempat itu, tapi tidak mendapatkan air sama sekali. Mereka mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Rasulullah shalat dua rakaat dan berdoa. Maka langit menjadi berawan dan terus turun hujan atas perintah dan karunia Allah swt, sehingga merekapun dapat minum sepuas-puasnya. Seorang Anshar berkata kepada seseorang yang dituduh munafik: “Bagaimana pendapatmu setelah Nabi saw. berdoa dan turun hujan untuk kepentingan kita ?” Orang itu menjawab: “Kita diberi hujan tidak lain karena ramalan orang.” Ayat ini (al-Waqi’ah 75-82) turun untuk mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu itu ditetapkan oleh Allah swt.

x


Surah al Waaqi'ah

mereka itulah orang-orang Yang didampingkan (di sisi Allah), (Surah al Waqiah:11)

 (Tinggal menetap) di Dalam Syurga-syurga Yang penuh nikmat. (Surah al Waqiah:12)

 (di antaranya) sekumpulan besar dari umat-umat manusia Yang terdahulu; (Surah al Waqiah:13)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ketika turun ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56: 11-14) kaum Muslimin merasa tidak gembira.

Maka turunlah ayat yang berikutnya "thullatun minal awwalin wa thullatun minal akhirin" (Surah al Waaqi'ah: 56: 39-40) yang menjelaskan bahawa pada zaman awal kemunculan Islam sehingga hari akhirat kaum Muslimin banyak yang menjadi ahli syurga. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Munzirdan Ibnu Abi Hatim serta terdapat sanad yang tidak dikenali dariAbi Hurairah)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa ketika turun ayat "idza waqa'atil waqi'ah" dan di dalamnya diterangkan ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56: 13-14) Umar berkata: "Ya Rasulullah! "Thullatun minal awwalin wa qalilun minna" (Segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan kecil dari kita?)

Selepas setahun kemudian turunlah ayat yang berikutnya (Surah al Waaqi'ah: 56: 39-40) yang menjelaskan bahawa segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan besar dari orang-orang yang hidup kemudian akan masuk syurga. Ketika itu Rasulullah memanggil Umar dan berkata: "Hai Umar! Marilah dengar apa yang telah diturunkan oleh Allah: ""Thullatun minal awwalin wa thullatun minal akhirin" (Surah al Waaqi'ah: 56: 39-40). (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam Tarikh Dimasyq dengan sanad yang diragui dari Urwah bin Ruwaim dari Jabir bin Abdillah)

"Dan puak kanan, alangkah bahagianya keadaan puak kanan itu?" (Surah al Waaqi'ah: 56: 27)

"Mereka bersenang-lenang di antara pohon-pohon bidara yang tidak berduri." (Surah al Waaqi'ah: 56: 28)

"Dan pokok-pokok pisang yang tersusun rapi buahnya." (Surah al Waaqi'ah: 56: 29)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa setelah Rasulullah memberi keizinan kepada orang-orang Taif untuk menguasai lembah yang indah dan bersarang madu, mereka mendengar bahawa syurga itu serba indah. Oleh yang demikian mereka berangan-angan untuk memiliki lembah di syurga seperti apa yang mereka miliki sekarang.

Maka turunlah ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56: 27-29) yang menceritakan bahawa kehidupan di syurga Naim adalah disediakan untuk golongan "kanan". (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Urwah bin Rawaim tetapi mursal) (Diriwayatkan juga oleh Said bin Mansur di dalam sunannya dan al Baihaqi di dalam kitab al Bats dari Atha dan Mujahid)

Dalam riwayat lain pula ada dikemukakan bahawa orang-orang merasa kagum melihat akan lembah yang teduh dan dinaungi oleh pohon-pohon yang rendang dan indah.

Maka ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56:14) turun untuk menceritakan kehidupan di syurga yang lebih daripada segala-galanya di dunia. (Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad yang lain dari Mujahid)

"Maka Aku bersumpah: Demi tempat-tempat dan masa-masa turunnya bahagian-bahagian al Quran. " (Surah al Waaqi'ah: 56: 75)

"Dan sebenarnya sumpah itu adalah sumpah yang besar, kalaulah kamu mengetahuinya." (Surah al Waaqi'ah: 56: 76)

"Bahawa sesungguhnya (yang dibacakan kepada kamu) itu ialah al Quran yang mulia, (yang sentiasa memberi ajaran dan pimpinan). " (Surah al Waaqi'ah: 56: 77)

"Yang tersimpan dalam Kitab yang cukup terpelihara. " (Surah al Waaqi'ah: 56: 78)

"Yang tidak disentuh melainkan oleh makhluk-makhluk yang diakui bersih suci." (Surah al Waaqi'ah: 56: 79)

"Al Quran itu diturunkan dari Allah Tuhan sekalian alam."  (Surah al Waaqi'ah: 56: 80)

"Patutkah kamu (wahai golongan yang kufur ingkar) bersikap bena tak bena terhadap keterangan-keterangan al Quran ini?" (Surah al Waaqi'ah: 56: 81)

"Dan kamu jadikan sikap kamu mendustakannya (sebagai ganti) bahagian dan nasib kamu (menerima dan bersyukur a/can ajarannya) ?" (Surah al Waaqi'ah: 56: 82)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ketika turun hujan, Rasulullah s.a.w. bersabda: "Di antara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir kerana turunnya hujan." Di antara orang yang nadir itu berkata: "Ini adalah rahmat yang diberikan Allah." Sedangkan yang lainnya pula berkata: "Sungguh tepat benar ramalan si Fulan." Maka turunlah ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56: 75-82) sebagai peringatan bahawa semua kejadian itu adalah merupakan ketetapan dari Allah. (Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas)

Dalam riwayat lain pula ada dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56: 75-82) turun berhubung dengan kisah serombongan kaum Ansar pada waktu perang Tabuk yang berhenti rehat di Hijr iaitu tempat peninggalan kaum Nabi Salleh dan mereka dilarang menggunakan air yang ada di situ. Kemudian mereka pindah ke tempat lain, akan tetapi mereka tetap tidak mendapat air.

Oleh yang demikian, mereka datang mengadu kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menunaikan sembahyang dua rakaat dan berdoa. Selepas itu langit terus berawan dan turunlah hujan di atas perintah dan kurniaan dari Allah sehingga mereka dapat minum dengan sepuas-puasnya. Kemudian seorang Ansar berkata kepada seorang yang dituduh munafik: " Bagaimana pendapatmu setelah Nabi berdoa dan turun hujan untuk kepentingan kita." Orang itu menjawab: "Kita diberi hujan tidak lain kerana ramalan seseorang."

Maka ayat ini (Surah al Waaqi'ah: 56: 75-82) turun sebagai peringatan kepada umatnya bahawa segala sesuatu yang berlaku ditetapkan oleh Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi Hazrah)

No comments:

Post a Comment

 
back to top