Saturday, January 19, 2019

45. Asbabun Nuzul Surah 20 Thaahaa

0 Comments

Asbabun Nuzul Surah Thaahaa

22JAN
asbabun nuzul surah alqur’an
1. “Thaahaa*.
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;”
(Thaahaa: 1-2)
*Thaahaa Termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian daripada surat-surat Al Quran, ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, bahwa pada permulaan turun wahyu, Nabi saw. suka shalat dengan berdiri pada kedua ujung jari kakinya (berjingkat). Maka sehubungan dengan tekanan badannya yang berganti-ganti di atas kedua ujuk jari kakinya (yang memberatkan beliau itu), turunlah ayat ini (Thaahaa: 1-2) sebagai petunjuk agar tidak tersiksa dalam melakukan shalat.
Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid di dalam tafsir-nya, yang bersumber dari ar-Rabi’ bin Anas bahwa apabila Nabi saw. berdiri shalat, beliau suka berganti-ganti tekanan badannya di atas kedua kakinya untuk menghilangkan rasa penat. Maka turunlah ayat ini (Thaahaa: 1-2) sebagai petunjuk kepada beliau.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum kafir Quraisy berkata: “Orang ini (Muhammad) telah disusahkan oleh Rabb-nya.” Maka turunlah ayat ini (Thaahaa: 1-2) sebagai bantahan atas ucapan mereka.
105. “dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya,”
(Thaahaa: 105)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa kaum Quraisy bertanya: “Apakah yang akan dilakukan Rabb-mu pada hari kiamat terhadap gunung-gunung?” ayat ini (Thaahaa: 105) turun sebagai penjelasan bahwa gunung-gunung itu pada hari kiamat akan dihancurkan seremuk-remuknya.
114. “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu*, dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
(Thaahaa: 114)
*Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi bahwa apabila Jibril datang membawa wahyu, Nabi saw. bersusah payah menghafalnya hingga menyusahkan dirinya sendiri. Beliau takut kalau-kalau Jibril kembali ia belum hafal. Maka turunlah ayat ini (Thaahaa: 114) sebagai teguran agar tidak terburu-buru menghafalnya sebelum wahyu itu selesai diturunkan.
131. “dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.”
(Thaahaa: 131)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Marduwaih, al-Bazzar, dan Abu Ya’la, yang bersumber dari Abu Rafi’ bahwa Rasulullah saw. kedatangan seorang tamu. Beliau menyuruh Abu Rafi’ meminjam terigu pada seorang Yahudi, yang akan dibayarnya pada awal bulan Rajab. Berkatalah si Yahudi: “Aku tidak dapat memberinya pinjaman kecuali pakai jaminan.” Pulanglah Abu Rafi’ kepada Nabi saw. dan menceritakan hal itu. Bersabdalah Rasulullah saw.: “Demi Allah aku ini dikenal sebagai orang yang benar-benar jujur di jagat ini.” Dan turunlah ayat ini (Thaahaa: 131), di saat Abu Rafi’ belum meninggalkan Nabi, yang melarang Nabi mengharapkan sesuatu dari golongan luar Islam.

x


Surah Taha

Taa'Haa." (Surah Taha: 20:1)
"Kami tidak menurunkan al Quran kepadamu (wahai Muhammad) supaya engkau menanggung kesusahan." (Surah Taha: 20: 2)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa pada permulaan turunnya wahyu, apabila Nabi berdiri untuk menunaikan sembahyang baginda akan berdiri dengan hujung jari kakinya berjingkat. Maka dengan tekanan badannya yang berganti-ganti di atas kedua kakinya turunlah ayat ini (Surah Taha: 20:1-2) sebagai petunjuk supaya tidak terseksa dalam melakukan sembahyang. (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Ibnu Abbas)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa apabila Nabi berdiri untuk menunaikan sembahyang, [Kerana terlalu lama berdiri yang disebabkan oleh panjangnya ayat-ayat Quran yang dibaca] baginda akan berdiri dengan tekanan badannya yang berganti-ganti di atas kedua kakinya untuk menghilangkan rasa penat. Maka turunlah ayat di atas sebagai petunjuk kepadanya. (Diriwayatkan oleh Abd bin Hamid di dalam tafsirnya dari ar Rabi bin Anas)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa kaum kafir Quraisy berkata: "Orang ini (Muhammad) telah disusahkan oleh Tuhannya." Maka turunlah ayat ini (Surah Taha: 20: 1-2) sebagai bantahan terhadap ucapan mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari al Ufi dari Ibnu Abbas)

"Dan mereka (yang kafir) bertanya kepadamu (wahai Muhammad) dari hal gunung-ganang; maka jawablah: "Tuhanku akan menghancurkannya menjadi debu ditiup angin." (Surah Taha: 20:105)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa kaum Quraisy bertanya: "Apa yang akan dilakukan oleh Tuhanmu pada hari kiamat terhadap gunung-ganang?" Maka penurunan ayat di atas adalah sebagai penjelasan bahawa pada hari kiamat gunung-ganang itu akan dihancurkan. (Diriwaytakan oleh Ibnu Munzir dari Ibnu Juraij)

"Maka Maha Tinggilah Allah, yang Menguasai seluruh aLam, lagi Yang Benar (pada segala-galanya). Dan janganlah engkau (wahai Muhammad) tergesa-gesa membaca al Quran sebelum selesai dibacakan oleh Jibril kepadamu, dan berdoalah dengan berkata: "Wahai Tuhanku, tambahlah ilmuku." (Surah Taha: 20: 114)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa apabila Jibril datang membawa wahyu, Nabi berusaha dengan bersusah payah untuk menghafalnya sehingga menyusahkan dirinya sendiri. Baginda melakukan sedemikian kerana ditakuti Jibril akan kembali sebelum sempat baginda menghafalnya. Maka turunlah ayat ini (Surah Taha: 20: 114) sebagai teguran supaya tidak terburu-buru menghafal sebelum wahyu itu selesai diturunkan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari as Suddi) 

KETERANGAN
Sebab penurunan ayat ini telah dikemukakan juga dalam surah an Nisaa'. Akan tetapi riwayat ini lebih sahih. 

"Dan janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di akhirat lebih baik dan lebih kekal." (Surah Taha: 20: 131)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa Rasulullah telah didatangi oleh seorang tetamu. Baginda menyuruh Abi Rafi’ meminjam terigu dari seorang Yahudi dan baginda berjanji untuk membayarnya pada awal bulan Rejab. Berkatalah Yahudi: "Aku tidak akan memberinya kecuali dengan adanya jaminan." Kemudian Abi Rafi' pulang dan menceritakan perkara tersebut kepada baginda.

Kemudian Nabi bersabda: "Demi Allah! Aku ini dikenali sebagai orang yang jujur. Maka turunlah ayat ini (Surah Taha: 20:131) ketika Abi Rafi' belum meninggalkan Nabi. Ayat ini turun dengan melarang Nabi mengharapkan sesuatu dari golongan yang bukan Islam. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Marduwaih, al Bazzar dan Abu Ya'la dari Abi Rafi’)

No comments:

Post a Comment

 
back to top