Saturday, January 19, 2019

69. Asbabun Nuzul Surah 18 Al-Kahfi

0 Comments

Asbabun Nuzul Surah Al-Kahfi (1)

23JAN
6. “Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).”
(al-Kahfi: 6)
9. “atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim* itu, mereka Termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”
(al-Kahfi: 9)
*Raqim: sebagian ahli tafsir mengartikan nama anjing dan sebagian yang lain mengartikan batu bersurat.
23. “dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,”
(al-Kahfi: 23)
25. “dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”
(al-Kahfi: 25)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Ishaq, dari seorang alim bangsa Mesir, dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum Quraisy mengutu an-Nadlr bin al-Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’aith untuk bertanya tentang kenabian Muhammad, dengan jalan menceritakan sifat-sifat Muhammad dan segala sesuatu yang diucapkan olehnya. Kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraisy menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya. Maka berangkatlah dua utusan tadi ke Madinah dan bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kaum Quraisy. Berkatalah pendeta Yahudi itu kepada utusan Quraisy: “Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia bisa menjawabnya maka ia adalah Nabi yang diutus. Akan tetapi apabila ia tidak bisa menjawabnya, maka ia hanyalah orang yang mengaku sebagai nabi. Pertama tanyakan kepadanya tentang pemuda-pemuda pada zaman dulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka, karena cerita tentang pemuda itu sangat menarik. Kedua tanyakan kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke masyrik dan magrib dan apa pula yang terjadi padanya. Dan ketiga, tanyakan pula padanya tentang ruh.” Maka pulanglah kedua utusan tadi kepada kaum Quraisy dan berkata: “Kami datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara tuan-tuan dan Muhammad.” Merekapun berangkat menghadap Rasulullah saw. dan menanyakan ketiga persoalan tersebut. Rasulullah bersabda: “Aku akan menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu.” (tanpa menyebut insya Allah). Maka pulanglah mereka semua.
Rasulullah saw. menunggu-nunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya. Namun Jibril tidak kunjung datang kepadanya. Hal ini membuat orang-orang Mekah goyah dan beliau merasa sedih karenanya. Beliau tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada kaum Quraisy. Pada suatu ketika datanglah Jibril membawa surah al-Kahfi yang di dalamnya menegur Nabi saw. atas kesedihannya karena perbuatan mereka (al-Kahfi: 6); menerangkan apa-apa yang mereka tanyakan tentang pemuda-pemuda yang bepergian (al-Kahfi: 9-26); tentang seorang pengembara (al-Kahfi: 83-101); serta firman Allah tentang ruh (al-Isra: 85)
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahl bin Hisyam, an-Nadlr bin al-Harits, Umayyah bin Khalaf, al-‘Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin al-Muthalib, dan Abul Bukhturi (tokoh-tokoh Quraisy) telah berkomplot melawan Rasulullah saw.. Oleh Rasulullah saw. perlawanan kaumnya terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasehat-nasehat yang baik, dirasakan sangat berat dan sangat menyedihkan hati. Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 6) sebagai teguran atas kemurungannya itu.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika turun ayat, wa labitsuu fi kahfihim tsalaatsa mi-ah… (dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus…) (al-Kahfi: 25), ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tiga ratus tahun atau bulan?” Maka Allah menurunkan penggalan ayat selanjutnya,….siniina wazdaaduu tis’aa (…tahun dan ditambah sembilan tahun [lagi]).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari adl-Dlaahhak. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi saw. pernah bersumpah tentang sesuatu. Setelah empat puluh malam berlalu, barulah Allah menurunkan ayat ini (al-Kahfi: 23-24) yang memperingatkan agar apabila bersumpah, hendaknya diikuti dengan ucapan “insyaa Allah.”
28.”dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(al-Kahfi: 28)

Asbabun Nuzul Surah Al-Kahfi (2)

23JAN
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Juwaibir, dari adl-Dlahhak, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa akhir ayat ini (al-Kahfi: 28) turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf al-Jumhi yang mengajak Nabi saw. untuk melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah swt, yaitu mengusir shahabat-shahabat Rasul yang fakir dan berusaha mendekatkan tokoh-tokoh Quraisy kepada Nabi saw.. Ayat ini (al-Kahfi: 28) melarang Rasulullah meluluskan permintaannya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ar-Rabi’ bahwa Nabi saw. menghadapi Umayyah bin Khalaf dengan baik dan lupa akan apa yang diwahyukan kepadanya. Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 28) yang mengingatkan beliau untuk tidak mengikuti ajakan orang yang menyebabkan lupa kepada Tuhan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa ‘Uyainah bin Hishin datang menghadap Rasulullah saw. yang sedang duduk bersama salman al-Farisi. ‘Uyainah berkata: “Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan. Setelah itu barulah kami dipersilakan masuk.” Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 28) yang mengingatkan Rasulullah untuk menolak permintaannya.
109.”Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
(al-Kahfi: 109)
Diriwayatkan oleh al-Hakim dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum Quraisy berkata kepada Yahudi: “Berilah kami bahan untuk kami tanyakan kepada orang ini (Muhammad).” Merekapun berkata: “Tanyakan kepadanya tentang ruh.” Kaum Quraisy pun bertanya kepada Rasul. Maka turunlah ayat tentang Ruh (al-Israa: 85). (Setelah kam Quraisy menyampaikan jawabannya), berkatalah kaum Yahudi: “Kami diberi banyak ilmu dengan diberi Taurat. Dan barang siapa diberi Taurat, sesungguhnya ia diberi kebaikan yang banyak.” Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 109) yang menegaskan bahwa ilmu Allah tidak akan ada yang menyerupainya dan tidak akan habis-habisnya.
110.”Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
(al-Kahfi: 110)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Abin Dun-ya di dalam Kitab al-Ikhlash, yang bersumber dari Thawus. Hadits ini mursal. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim di dalam Kitab al-Mustadrak, tapi maushuul, dari Thawus, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Al-Hakim menyahihkannya berdasarkan syarat asy-syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim). Bahwa seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulallah. Aku ini tabah dalam peperangan dan mengharap ridha Allah. Namun aku juga ingin kedudukanku terlihat oleh orang lain.” Rasulullah tidak menjawab sedikitpun, sehingga turun ayat (al-Kahfi: 110) sebagai pegangan bagi orang yang mengharap rida Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid bahwa ada seorang Muslim yang berperang karena ingin terlihat kedudukannya oleh orang lain. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Kahfi: 110) yang memberikan pegangan bagaimana seharusnya untuk mencapai rida Allah.
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Asakir di dalam kitab Taarikh-nya, dari as-Suddish Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu ‘Abbas, yang bersumber dari Jundub bin Zubair bahwa ayat ini (al-Kahfi: 110) turun sebagai teguran kepada orang yang shalat, shaum, atau sedekah, yang memperbanyak ibadahnya apabila mendapat pujian dan merasa gembira atas pujian tersebut.

x


Surah al Kahfi

Al Kahfi: 6. maka Jangan-jangan pula Engkau (Wahai Muhammad), membinasakan dirimu disebabkan menanggung dukacita terhadap kesan-kesan perbuatan buruk mereka, jika mereka enggan beriman kepada keterangan Al-Quran ini.

Al Kahfi:9. Adakah Engkau menyangka (Wahai Muhammad), Bahawa kisah "Ashaabul Kahfi" dan "Ar-Raqiim" itu sahaja Yang menakjubkan di antara tanda-tanda Yang membuktikan kekuasaan Kami?

Al Kahfi:23. dan janganlah Engkau berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): "Bahawa Aku akan lakukan Yang demikian itu, kemudian nanti".

Al Kahfi:24. melainkan (hendaklah disertakan Dengan berkata): "Insya Allah". dan ingatlah serta sebutlah akan Tuhanmu jika Engkau lupa; dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan petunjuk Yang lebih dekat dan lebih terang dari ini".

Al Kahfi:25. dan mereka telah tinggal tidur Dalam gua mereka: tiga ratus tahun Dengan kiraan ahli Kitab), dan sembilan lagi (dengan kiraan kamu).

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa kaum Quraisy telah mengutus an Nadh bin al Harts dan Uqbah bin Abi Muith kepada pendeta Yahudi Madinah untuk bertanya tentang kenabian Muhammad dengan menceritakan sifat-sifatnya dan segala sesuatu yang telah diucapkannya. Orang-orang Quraisy beranggapan bahawa pendeta-pendeta itu adalah ahli di dalam memahami kitab yang telah diturunkan terlebih dahulu dan mempunyai ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya.

Kemudian kedua orang utusan itu berangkat menuju ke Madinah dan bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kaum Quraisy. Lalu berkatalah pendeta itu kepada utusan Quraisy: "Tanyalah kepada Muhammad akan tiga perkara. Jika dia dapat menjawabnya, maka dia adalah seorang Nabi yang diutuskan. Akan tetapi jika dia tidak dapat menjawabnya, maka dia hanyalah orang yang mengaku menjadi Nabi. Tanyalah kepadanya tentang para pemuda pada zaman dahulu yang bermusafir dan apa yang terjadi kepada mereka kerana cerita tentang pemuda itu sangat menarik. Tanyakan kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyrik dan Maghrib dan apa pula yang terjadi padanya dan tanyakan kepadanya tentang roh, apakah roh itu." Kemudian kedua orang utusan itu pulang kepada kaum Quraisy dan berkata: "Kami datang membawa sesuatu yang dipergunakan untuk menentukan sikap di antara tuan-tuan dan Muhammad."

Mereka pun berangkat mengadap Rasulullah dan bertanya akan tiga perkara tersebut. Rasulullah bersabda: "Aku akan menjawab tentang perkara-perkara yang kamu persoalkan itu (tanpa menyebut Insya Allah)." Maka pulanglah mereka kesemuanya.

Rasulullah menunggu penurunan wahyu kepadanya sehingga lima belas malam lamanya, tetapi Jibril tidak juga kunjung tiba sehingga orang Mekah tidak lagi yakin kepadanya. Rasulullah merasa sedih kerananya dan baginda juga tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy.

Pada suatu ketika Jibril datang membawa surah Kahfi yang di dalamnya mengandungi teguran kepada Nabi di atas kesedihannya yang disebabkan oleh perbuatan mereka (Surah al Kahfi: 18:6), di samping menerangkan tentang pertanyaan yang diajukan oleh kaum Quraisy kepada Nabi tentang pemuda yang musafir (Surah al Kahfi: 18: 9-26) dan seorang pengembara (Surah al Kahfi: 18: 83-101) serta firman Allah tentang roh (Surah al Israa': 17: 85). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Ishaq dari seorang alim berbangsa Mesir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa pembesar-pembesar Quraisy iaitu Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, an Nadh bin al Harts, Umayyah bin Khalaf, al Ashi, Wail, al Aswad bin al Mutalib dan Abu Buhturi bersekutu untuk melawan Rasulullah. Oleh sebab itu Rasulullah merasa sedih di atas sikap mereka ini yang tidak mendengar nasihatnya yang baik-baik. Maka turunlah ayat ini (Surah al Kahfi: 18:6) sebagai teguran di atas kesedihannya itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Ibnu Abbas)

Dalam suatu riwayat lain ada dikemukakan bahawa ketika turun ayat ini (Surah al Kahfi: 18: 25) ada orang yang bertanya: "Ya Rasulullah 300 tahun atau 300 bulan?" Maka Allah menurunkan ayat yang berikutnya: "Sinina wazdadu tis’a" (sembilan tahun lebih). (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Ibnu Abbas)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa Nabi s.a.w. pernah bersumpah. Setelah 40 malam berlalu barulah Allah menurunkan ayat ini (Surah al Kahfi: 18:23-24) sebagai peringatan agar apabila bersumpah, hendaklah diikuti dengan ucapan Insya Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ad Dlahhak dan Ibnu Marduwaih dari Ibnu Abbas)

"Dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang yang beribadat kepada Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang mengharapkan keredaan Allah semata-mata; dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya kerana engkau mahukan kesenangan hidup di dunia; dan janganlah engkau mematuhi orang yang Kami ketahui hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran Kami di dalam al Quran, serta la menurut hawa nafsunya, dan tingkah-lakunya pula adalah melampaui kebenaran." (Surah al Kahfi: 18: 28)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa pengakhiran ayat ini (Surah al Kahfi: 18:28) [Permulaan ayat ini telah dijelaskan asbab nuzulnya dalam surah al An'aam berdasarkan kepada riwayat Khabab] turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf al Jumhi. Dia menyuruh Nabi melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah iaitu dengan mengusir sahabat-sahabatnya yang fakir dan berusaha mendekatkan pembesar-pembesar Quraisy kepada Nabi. Maka ayat di atas melarang Nabi dari menunaikan permintaan mereka itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Juwaibir dari ad Dlahhak dari Ibnu Abbas)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa Nabi melayan Umayyah bin Khalaf dengan baik dan lupa akan apa yang diwahyukan kepadanya. Maka turunlah ayat di atas sebagai peringatan kepada baginda supaya jangan mengikut ajakan orang yang menyebabkan dirinya lupa kepada Tuhan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ar Rabi)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa Uyainah bin Hishnin datang mengadap Nabi yang sedang duduk bersama dengan Salman al Farisi, lalu berkata: "Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan dan baru kami dipersilakan masuk." Maka turunlah ayat ini (Surah al Kahfi: 18: 28) sebagai peringatan kepada Nabi untuk menolak permintaan tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi Hurairah)

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Kalaulah semua jenis lautan menjadi tinta untuk menulis Kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis Kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun Kami tambahi lagi dengan lautan yang sebanding dengannya, sebagai bantuan." (Surah al Kahfi: 18: 109)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa kaum Quraisy berkata kepada kaum Yahudi: "Berilah kami sesuatu agar kami dapat tanyakan kepada orang ini (Muhammad)." Kaum Yahudi menjawab: "Tanyakan kepadanya tentang roh." Kaum Quraisy pun bertanya kepada Rasul. Maka turunlah ayat tentang roh (Surah al Israa: 17: 85). Setelah kaum Quraisy menyampaikan jawapannya, berkatalah kaum Yahudi: "Kami diberi dengan ilmu yang banyak, iaitu dengan diberi Taurat. Dan barang siapa yang diberi Taurat sesungguhnya dia diberi kebaikan yang banyak." Maka turunlah ayat ini (Surah al Kahfi: 18: 109) sebagai penjelasan bahawa ilmu Allah itu tidak akan ada yang menyerupainya dan tidak akan habis. (Diriwayatkan oleh al Hakim dan yang lainnya dari Ibnu Abbas)

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang Satu; Oleh itu, sesiapa yang percaya dan berharap akan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapa pun dalam ibadatnya kepada Tuhannya." (Surah al Kahfi: 18: 110)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah! Aku ini seorang yang tabah dalam berperang dan mengharapkan keredhaan Allah serta aku ingin kedudukanku dilihat oleh orang lain." Rasulullah tidak menjawab sedikit pun sehingga turunlah ayat di atas sebagai pegangan kepada orang yang mengharapkan keredhaan Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Abid Dunya di dalam Kitabul Ikhlas dari Thawus. Hadis ini mursal) (Diriwayatkan pula oleh al Hakim dalam kitab Mustadrak tetapi mausul [Hadis mausul ialah hadis yang sanadnya bersambung iaitu tidak terputus] dari Tawus dari Ibnu Abbas) (Al Hakim mensahihkannya berdasarkan kepada syarat sahihain)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa terdapat salah seorang dari kaum Muslimin berperang dan dia ingin agar kedudukannya dilihat oleh orang lain.
Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Kahfi: 18: 110) yang memberi pegangan dan jalan yang seharusnya diikuti untuk mencapai keredhaan Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Mujahid) Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa penurunan ayat ini (Surah al Kahfi: 18: 110) adalah sebagai teguran kepada orang yang sembahyang, puasa atau sedekah yang apabila mendapat pujian dia akan merasa gembira lalu diperbanyakkan ibadatnya. (Diriwayatkan oleh Abu Nairn dan Ibnu Asakir di dalam kitab tarikhnya dari as Suddi as Shaghir dari al Kalbi dari Abi Salleh dari Ibnu Abbas dari Zundub bin Zubair)

No comments:

Post a Comment

 
back to top