Saturday, January 19, 2019

70. Asbabun Nuzul Surah 16 An-Nahl

0 Comments

Asbabun Nuzul Surah An-Nahl (1)

25JAN
1. “Telah pasti datangnya ketetapan Allah* Maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”
(an-Nahl: 1)
* ketetapan Allah di sini ialah hari kiamat yang Telah diancamkan kepada orang-orang musyrikin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika turun ayat, ataa amrullaah… (telah pasti datangnya ketetapan Allah…) (an-Nahl: 1), gelisahlah hati para shahabat Rasulullah saw. maka turunlah kelanjutan ayat tersebut yaitu,… falaa tasta’jiluuh..(.. maka janganlah kamu meminta agar disegerakan [datang]nya…), sehingga merekapun merasa tenteram kembali.
Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Imam Ahmad di dalam kitab Zawaa-iduz Zuhd, Ibnu Jarir, serta Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Abu Bakr bin Abi ‘Hafsh. Bahwa ketika turun ayat, ataa amrullaah.. (telah pasti datangnya ketetapan Allah..) (an-Nahl: 1), para shahabat berdiri. Maka turunlah kelanjutan ayat tersebut, ….falaa tasta’jiluuh.. (maka janganlah kamu meminta agar disegerakan [datang]-nya…).
38. “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,”
(an-Nahl: 38)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abul ‘Aliyah bahwa ada seorang Mukmin yang berhutang kepada seorang Musyrik. Ketika ditagih, di antara ucapan orang Mukmin itu ialah mendoakan sesuatu bagi kehidupan si musyrik di akhirat. Si musyrik berkata: “Apakah engkau beranggapan bahwa engkau akan dibangkitkan sesudah mati? Demi Allah, aku yakin bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang sudah mati.” Ayat ini (an-Nahl: 38) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai bantahan atas ucapan si musyrik tadi.
41. “Dan orang-orang yang berhijrah Karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui,”
(an-Nahl: 41)
42. “(yaitu) orang-orang yang sabar dan Hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.”
(an-Nahl: 42)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Dawud bin Abi Hind. Bahwa turunnya ayat, wal ladziina haajaruu fillaahi mim ba’di maa dzulimuu…(dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dianiaya…) sampai, …wa ‘alaa rabbihim yatawakkaluun (.. dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakal) (an-Nahl: 41-42) berkenaan dengan Abu Jandal bin Suhail.
Abu Jandal bin Suhail termasuk Muslim yang terkena Perjanjian Hudaibiyyah (dilarang hijrah ke Madinah oleh kaum musyrikin), sehingga Rasulullah saw. sendiri menasehatinya untuk tetap bersabar (lihat: Muh. Husain Haikal, Hayaatu Muhammad, 1965, Nahdlah Mishriyyah, hal 375).
75. “Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang kami beri rezki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji Hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui*”
(an-Nahl: 75)
*maksud dari perumpamaan Ini ialah untuk membantah orang-orang musyrikin yang menyamakan Tuhan yang memberi rezki dengan berhala-berhala yang tidak berdaya.
76. “Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?”
(an-Nahl: 76)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa firman Allah, dlaraballaahu matsalan ‘abdam mamluukaa… (Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki…) (an-Nahl: 75), turun sebagai perumpamaan perbedaan antara Quraisy (yang kaya dan dapat berbuat sekehendaknya dengan harta bendanya) dibandingkan budaknya yang tidak dapat berbuat apa-apa. Ayat ini juga sebagai bantahan terhadap penyamaan Allah dengan berhala.
Dan firman Allah…rajulaini ahaduhumaa abkam… (… dua orang lelaki yang seorang bisu..) (an-Nahl: 76) turun sebagai perumpamaan perbedaan antara ‘Utsman bin ‘Affan dan budaknya. Budaknhya membenci Islam, enggan masuk Islam, dan menghalang-halangi ‘Usman bersedekah dan beramar makruf.
Kedua ayat ini (an-Nahl: 75 dan 76) menunjukkan perbedaan antara Allah Yang Maha Kuasa Berbuat menurut iradat-Nya dan berhala yang justru menjadi beban penyembah-penyembahnya.

Asbabun Nuzul Surah An-Nahl (2)

25JAN
80. “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).”
(an-Nahl: 80)
81. “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang Telah dia ciptakan, dan dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan dia jadikan bagimu Pakaian yang memeliharamu dari panas dan Pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).”
(an-Nahl: 81)
82. “Jika mereka tetap berpaling, Maka Sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang*”
(an-Nahl: 82)
*Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. tidak dapat memberi taufiq dan hidayah kepada seseorang sehingga dia beriman.
83. “Mereka mengetahui nikmat Allah, Kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.”
(an-Nahl: 83)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid bahwa ketika seorang Arab bertanya kepada Nabi saw. tentang Allah, beliau membacakan ayat, wallaahu ja’ala lakum mim buyuutikum sakanaa.. (dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal…) (an-Nahl: 80). Orang itupun mengiyakannya. Kemudian Nabi saw. membacakan kelanjutan ayat tersebut, …. wa ja’ala lakum ming juluudil an’aami buyuutang tastakhiffuunahaa yauma zha’nikum wa yauma iqaamatikum..(.. dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah [kemah-kemah] dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan [membawa]-nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim…) (an-Nahl: 80), orang itu berpaling dan tidak mau masuk Islam. Maka turunlah ayat selanjutnya (an-Nahl: 83) yang menegaskan bahwa walaupun orang-orang tahu akan nikmat yang diberikan Allah, tapi kebanyakan mereka tetap kafir.
91. “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.”
(an-Nahl: 91)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Buraidah bahwa ayat ini (an-Nahl: 91) turun sebagai perintah untuk mematuhi baiat pada Nabi saw. (masuk Islam).
92. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain*. Sesungguhnya Allah Hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.”
(an-Nahl: 92)
*kaum muslimin yang jumlahnya masih sedikit itu Telah mengadakan perjanjian yang Kuat dengan nabi di waktu mereka melihat orang-orang Quraisy berjumlah banyak dan berpengalaman cukup, lalu timbullah keinginan mereka untuk membatalkan perjanjian dengan nabi Muhammad s.a.w. itu. Maka perbuatan yang demikian itu dilarang oleh Allah s.w.t.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Bakr bin Abi Hafsh bahwa Sa’idah al-Asadiyyah adalah seorang gila, yang kerjannya hanyalah mengepang dan mengurai kembali rambutnya berulang kali. Ayat ini (an-Nahl: 92) turun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang selalu mengikat janji, tapi tidak menepatinya.
103. “Dan Sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata: “Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam*, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.”
(an-Naml: `103)
*Bahasa ‘Ajam ialah bahasa selain bahasa Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik, Karena orang yang dituduh mengajar Muhammad itu bukan orang Arab dan Hanya tahu sedikit-sedikit bahasa Arab.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang daif, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah saw. mengajar seorang bule, ‘abid Romawi yang bernama Bal’am, di Mekah. Ia tidak dapat berbahasa Arab dengan fasih. Ketika kaum musyrikin melihat Rasulullah sering keluar masuk rumah Bal’am, mereka berkata: “Tentu Bal’am mengajarinya.” Maka Allah menurunkan ayat ini (an-Nahl: 103) sebagai bantahan terhadap pendapat kaum musyrikin itu.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Hushain yang bersumber dari ‘Abdullah bin Muslim al-Hadlrami bahwa ‘Abdullah bin Muslim al-Hadlrami mempunyai dua ‘abid yang bernama Yasar dan Jabr, orang Sicilia. Keduanya membaca dan mengajarkan ilmunya. Rasulullah saw. sering lewat ke tempat mereka dan mendengarkan bacaannya. Orang-orang musyrik berkata: “Muhammad belajar dari kedua orang itu.” Turunnya ayat ini (an-Nahl: 103) sebagai bantahan atas tuduhan mereka.

Asbabun Nuzul Surah An-Nahl (3)

25JAN
106. “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”
(an-Nahl: 106)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika Nabi saw. hendak hijrah ke Madinah, kaum musyrikin menahan Bilal, Khabbab, dan ‘Ammar bin Yasir. ‘Ammar bin Yasir dapat menyelamatkan diri dengan jalan mengucapkan kata-kata yang mengagumkan mereka. Ketika sampai kepada Rasulullah saw., ‘Ammar menceritakan kejadian itu. Nabi bertanya: “Apakah hatimu lapang di kala berkata demikian itu?” Ia menjawab: “Tidak.” Ayat ini (an-Nahl: 106) turun berkenaan ddengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa Allah tidak akan mengutuk orang yang dipaksa kufur tapi hatinya tetap dalam keimanan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid bahwa ayat ini (an-Nahl: 106) turun ketika orang-orang Mekah yang beriman dikirimi surat oleh para shahabat dari Madinah agar mereka berhijrah. Mereka berangkat pergi ke Madinah, akan tetapi dapat disusul oleh (orang-orang kafir) Quraisy. Kemudian orang-orang kafir Quraisy itu menganiaya mereka, sehingga mereka terpaksa mengucapkan kata-kata kufur. Ayat ini (an-Nahl: 106) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa orang-orang yang terpaksa mengucapkan kata-kata kufur akan diampuni oleh Allah, asalkan hatinya tetap beriman.
110. “Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, Kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(an-Nahl: 110)
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d di dalam kitab ath-Thabaqaat, yang bersumber dari ‘Umar bin al-Hakam. Lihat pula surah an-Nisaa’ ayat 97. Bahwa ‘Ammar bin Yasir disiksa hingga tidak tahu apa yang mesti dikatakannya. Demikian juga Shuhaib, Abu Fukaihah, Bilal, ‘Amir bin Fuhairah, dan kaum Muslimin lainnya. Ayat ini (an-Nahl: 110) turun berkenaan dengan mereka yang telah diselamatkan oleh Allah swt.
126. “Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu*. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
(an-Nahl: 126)
*maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.
127. “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”
(an-Nahl: 127)
128. “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(an-Nahl: 128)
Diriwayatkan oleh al-Hakim, al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-il, dan al-Bazzar, yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa ketika Rasulullah saw. berdiri di hadapan jenazah Hamzah yang syahid dan dirusak anggota badannya, bersabdalah beliau: “Aku akan membunuh tujuh puluh orang dari mereka sebagai balasan atas perlakuan mereka terhadap dirimu.” Maka turunlah Jibril menyampaikan wahyu akhir surat an-Nahl (an-Nahl: 126-128) di saat Nabi masih berdiri, sebagai teguran kepada beliau. Akhirnya Rasulullah pun mengurungkan rencana itu.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yangmenganggap hadits ini hasan, dan al-Hakim, yang bersumber dari Ubay bin Ka’b, bahwa pada waktu perang Uhud gugurlah enam puluh empat orang shahabat dari kaum Anshar dan enam orang dari kaum Muhajirin, di antaranya Hamzah. Kesemuanya dirusak anggota badannya secara kejam. Berkatalah kaum Anshar: “Jika kami memperoleh kemenangan, kami akan berbuat lebih dari apa yang mereka lakukan.” Ketika terjadi pembebasan kota Mekah, turunlah ayat ini (an-Nahl: 126) yang melarang kaum Muslimin mengadakan pembalasan yang lebih kejam dan menganjurkan supaya bersabar.
Keterangan: menurut lahiriyahnya, turunnya tiga ayat terakhir ini (an-Nahl: 126-128) ditangguhkan sampai Fat-hu Makkah. Namun, mengacu pada hadits-hadits sebelumnya, dapatlah dikatakan bahwa turunnya ayat-ayat tersebut dalam Perang Uhud.
Menurut kesimpulan Ibnul Hishar, ayat-ayat ini (an-Nahl: 126-128) turun tiga kali: mula-mula di Mekah, kemudian di Uhud, dan yang ketiga kalinya pada waktu Fat-hu Makkah, sebagai peringatan Allah bagi hamba-hamba-Nya.

x


Surah an Nahl

Telah hampir datangnya janji Yang telah ditetapkan oleh Allah, maka janganlah kamu minta disegerakan. Maha suci Allah dan Maha Tinggilah ia dari perbuatan syirik Yang mereka lakukan. (Surah an Nahl: 16:1)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ketika turunnya ayat ini "Ata amrullahi" (Surah an Nahl: 16: 1) hati para sahabat menjadi gelisah, sehingga turut ayat seterusnya "fala tasta'jilu”. Selepas penurunan ayat ini hati mereka menjadi tenang kembali. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Ibnu Abbas) 

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa ketika turun ayat "Ata amrullahi" (Surah an Nahl: 16: 1) para sahabat berdiri sehingga turunlah sambungan ayat itu "fala tasta'jilu. (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad di dalam kitab Zawaidiz Zuhdi dan Ibnu Jarirserta Ibnu Abi Hatim dari Bakar bin Abi Hafash)

"Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan bersungguh-sungguh (sambil berkata): "Allah tidak akan membangkitkan semula orang-orang yang telah mati." (Itu tidak benar), bahkan janji Allah membangkitkan orang-orang yang telah mati) tetap benar; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (SurahanNahl:16:38) 

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa seorang mukmin berhutang dengan seorang musyrik. Ketika musyrik itu meminta kembali hutangnya, dia mendoakan sesuatu bagi kehidupannya di akhirat. Si musyrik berkata: "Apakah engkau beranggapan bahawa engkau akan dibangkitkan sesudah mati. Demi Allah aku yakin bahawa Allah tidak akan membangkitkan orang yang sudah mati." Ayat ini (Surah an Nahl: 16: 38) turun berhubung dengan peristiwa tersebut sebagai bantahan terhadap ucapan orang musyrik tadi.(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi Aliah)

"Dan orang-orang yang berhijrah kerana Allah, sesudah mereka dianiaya (ditindas oleh musuh-musuh Islam), Kami akan menempatkan mereka di dunia ini pada tempatnya yang baik; dan sesungguhnya pahala (amal mereka yang baik itu) lebih besar di akhirat kelak, kalaulah mereka mengetahui." (Surah an Nahl: 16:41)

"Mereka itu ialah) orang-orang yang bersabar (menanggung kezaliman) dan berserah diri kepada Tuhannya." (Surah an Nahl: 16: 42)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa penurunan kedua ayat di atas adalah berkenaan dengan Abi Jandal bin Suhail. [Abi Jandal termasuk orang Muslim yang terlibat dalam Perjanjian Hudaibiyah. Dia dilarang berhijrah ke Madinah oleh kaum musyrikin sehingga Rasulullah menasihatinya supaya tetap bersabar. (Lihat Muh. Husein Haikal "Hayatu Muhammad" Nahdhah Mishriyat, 1965, hal 375].  (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Daud bin Abi Hindun)

Surah an Nahl:75. Allah memberikan satu misal perbandingan: seorang hamba abdi Yang menjadi milik orang, Yang tidak berkuasa melakukan Dengan bebasnya sesuatupun; dan seorang lagi (yang merdeka) Yang Kami kurniakan kepadanya pemberian Yang baik (harta kekayaan) dari kami, maka Dia pun membelanjakan hartanya Dengan bebasnya, sama ada secara bersembunyi atau terbuka, Adakah kedua orang itu sama? Segala puji tertentu bagi Allah (dan Allah jualah Yang berhak disembah), tetapi kebanyakan mereka (yang musyrik) tidak mengetahui (hakikat Tauhid itu).

Surah an Nahl:76. dan Allah memberikan satu misal Perbandingan lagi: dua orang lelaki, salah seorangnya kelu pekak dari semulajadinya, tidak dapat menyatakan apa Yang difikirkannya dan tidak dapat mendengar apa Yang dikatakan kepadanya; dan ia pula menjadi beban kepada orang Yang menjaganya; ke mana sahaja ia diarahkan pergi oleh penjaganya, tak dapatlah Dia membawa sesuatu Yang berfaedah; Adakah Dia (yang demikian sifatnya) sama seperti orang (yang boleh berkata-kata serta dapat) menyuruh orang ramai melakukan keadilan, dan ia sendiri pula berada di atas jalan Yang lurus (jalan Yang benar)?

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa firman Allah "dharaballalu matsalan 'abdan mamlukan" (Surah an Nahl: 16: 75) turun sebagai perumpamaan perbezaan di antara kaum Quraisy yang kaya serta dapat melakukan sesuatu mengikut kehendak hati dengan harta benda yang mereka miliki dibandingkan dengan hambanya yang tidak dapat berbuat apa-apa. Ayat ini juga turun sebagai bantahan terhadap penyamaan Allah dengan berhala.

Firman Allah "rajulaini ahaduhuma abkamu" dari (Surah an Nahl: 16: 76) turun sebagai perumpamaan perbezaan di antara Uthman bin Affan dan hambanya. Hambanya membenci Islam, enggan masuk Islam serta menghalang Uthman bersedekah dan melakukan amal maaruf (amal kebaikan). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas) 

KETERANGAN
Kedua ayat ini (Surah an Nahl: 16: 75-76) menunjukkan perbezaan di antara Allah Yang Maha Kuasa yang berbuat sesuatu menurut iradahNya, sebaliknya berhala menjadi beban kepada para penyembahnya.

Surah an Nahl:80. dan Allah menjadikan bagi kamu rumah-rumah (yang kamu dirikan itu) tempat tinggal; dan ia menjadikan bagi kamu dari kulit binatang-binatang ternak: khemah-khemah (tempat berteduh), Yang kamu mendapatinya ringan (di bawa ke mana-mana) semasa kamu merantau dan semasa kamu berhenti; dan (ia juga menjadikan bagi kamu) dari berjenis-jenis bulu binatang-binatang ternak itu, berbagai barang perkakas Rumah dan perhiasan, (untuk kamu menggunakannya) hingga ke suatu masa.

Surah an Nahl: Surah an Nahl:81. dan Allah menjadikan bagi kamu sebahagian dari Yang diciptakanNya: benda-benda untuk berteduh, dan ia menjadikan bagi kamu sebahagian dari gunung-ganang tempat-tempat berlindung; dan ia juga menjadikan bagi kamu pakaian-pakaian Yang memelihara kamu dari panas dan sejuk, juga pakaian-pakaian Yang memelihara kamu semasa berjuang. Demikianlah, ia menyempurnakan nikmatNya kepada kamu, supaya kamu berserah diri kepadanya dan mematuhi perintahNya.

Surah an Nahl: Surah an Nahl:82. Kemudian, jika mereka masih berpaling ingkar maka Sesungguhnya Engkau (Wahai Muhammad) hanya bertanggungjawab menyampaikan perintah-perintah Allah Dengan cara Yang jelas nyata.

Surah an Nahl:83. mereka mengetahui nikmat Allah (yang melimpah-limpah itu), kemudian mereka tergamak mengingkarinya; dan kebanyakan mereka pula ialah orang-orang Yang kufur ingkar.

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa seorang Arab bertanya kepada Nabi tentang Allah. Kemudian Rasulullah membacakan ayat "wallahu ja'ala lakum min buyutikum sakana" (Surah an Nahl: 16: 80). Orang itu mengiakan. Kemudian Nabi membaca sambungan ayat itu "wa'ja'la lakum min juludil an'ami buyutan tastakhiffu naha yauma dha nikum wa yauma iqamatikum (Surah an Nahl: 16: 80). Orang itu pun mengiakan. Kemudian Rasulullah membaca sambungan ayat itu dan orang itu pun mengiakan. Akan tetapi ketika Rasulullah membaca sehingga ayat "kadzalika yitummu ni'matahu 'alaikum la'allakum tuslimun (Surah an Nahl: 16: 81) orang itu pun berpaling dan tidak masuk Islam.

Maka turunlah ayat yang berikutnya (Surah an Nahl: 16:83) sebagai penjelasan bahawa walaupun orang-orang mengetahui akan nikmat yang diberikan Allah tetapi kebanyakan daripada mereka tetap kufur. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Mujahid)

"Dan sempurnakanlah pesanan-pesanan dan perintah-perintah Allah apabila kamu berjanji; dan janganlah kamu merombak (mencabuli) sumpah kamu sesudah kamu menguatkannya (dengan nama Allah), sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai Penjamin kebaikan kamu; sesungguhnya Allah sedia mengetahui akan apa yang kamu lakukan." (SurahanNahl:16:91) 

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ayat di atas turun sebagai perintah untuk mematuhi baiah kepada Nabi iaitu baiah untuk masuk Islam. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Buraidah)

dan janganlah kamu menjadi seperti perempuan Yang telah merombak satu persatu benda Yang dipintalnya, sesudah ia selesai memintalnya kuat teguh; Dengan kamu menjadikan sumpah kamu sebagai tipu daya (untuk mencabuli perjanjian Yang telah dimeteraikan) sesama kamu, disebabkan adanya satu golongan Yang lebih ramai dari golongan lain. Sesungguhnya Allah hanya mahu menguji kamu Dengan Yang demikian itu; dan ia sudah tentu akan menerangkan kepada kamu, pada hari kiamat, apa Yang kamu berselisihan padanya. (SurahanNahl:16:92)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa Saidah al Asadiyah adalah seorang gila yang kerjanya hanya mengikat dan mengurai kembali rambutnya berulang-ulang kali. Maka penurunan ayat ini (Surah an Nahl: 16: 92) adalah sebagai perumpamaan kepada orang-orang yang selalu membuat janji tetapi tidak menepatinya. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abu Bakar bin Abi Hafsh)

dan Demi Sesungguhnya Kami Mengetahui, Bahawa mereka Yang musyrik itu berkata: " sebenarnya Dia diajar oleh seorang manusia". (padahal) bahasa orang Yang mereka sandarkan tuduhan kepadanya itu ialah bahasa asing, sedang Al-Quran ini berbahasa Arab Yang fasih nyata. (Surah an Nahl: 16:103)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa Rasulullah mengajar seorang abid Romawi yang bernama Bal'am di Mekah. Dia tidak dapat berbahasa Arab dengan fasih. Oleh itu, ketika kaum musyrikin melihat Rasulullah sering keluar masuk dari rumah Bal'am mereka berkata:" Tentu Bal'am yang mengajamya." Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah an Nahl: 16:103) sebagai bantahan akan pendapat kaum musyrikin itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang daifdari Ibnu Abbas)

Dalam riwayat lain pula ada dikemukakan bahawa Abdullah bin Muslim al Hadhrami mempunyai dua orang abid yang bernama Yasar dan Jabr dari Sicilia. Kedua-dua mereka suka membaca dan mengajar ilmunya. Rasulullah sering melawat ke tempat mereka dan mendengarkan bacaannya. Oleh itu orang-orang musyrik berkata: "Muhammad belajar dari kedua orang itu." Maka penurunan ayat ini (Surah an Nahl: 16:103) adalah sebagai bantahan di atas tuduhan mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Husain dari Abdullah bin Muslim al Hadhrami) 

sesiapa Yang kufur kepada Allah sesudah ia beriman (maka baginya kemurkaan dan azab dari Allah), kecuali orang Yang dipaksa (melakukan kufur) sedang hatinya tenang tenteram Dengan iman; akan tetapi sesiapa Yang terbuka hatinya menerima kufur maka atas mereka tertimpa kemurkaan dari Allah, dan mereka pula beroleh azab Yang besar. (Surah an Nahl: 16:106)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ketika Nabi hendak berhijrah ke Madinah, kaum musyrikin menahan Bilal, Khabbab dan Ammar bin Yasir. Ammar dapat menyelamatkan diri dengan cara mengucapkan perkataan yang mengagumkan mereka. Ketika berjumpa dengan Rasulullah dia menceritakan kejadian tersebut kepada baginda. Lalu Nabi bertanya: "Apakah hatimu lapang ketika berkata demikian itu?" Dia menjawab: "Tidak."

Maka penurunan ayat ini (Surah an Nahl: 16:106) adalah berhubung dengan kejadian tersebut, sebagai penjelasan bahawa Allah tidak akan mengutuk orang yang dipaksa kufur asalkan hatinya tetap beriman kepadaNya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas) 

Dalam riwayat lain pula ada dikemukakan bahawa ayat ini (Surah an Nahl: 16:106) turun ketika orang Islam Madinah mengirim surat kepada orang Islam Mekah menyeru agar mereka berhijrah. Kemudian mereka berangkat ke Madinah, akan tetapi disusuli oleh orang Quraisy lalu menganiayai mereka sehingga mereka terpaksa mengucapkan perkataan kufur. Maka penurunan ayat ini adalah berkenaan dengan peristiwa ini. Di dalam ayat ini Allah menerangkan bahawa Dia akan memberi ampun kepada orang yang dipaksa mengucapkan perkataan kufur asalkan hati mereka tetap beriman kepadaNya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Mujahid) 

"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (memberikan pertolongan) kepada orang-orang yang telah berhijrah sesudah mereka difitnahkan (oleh kaum musyrik), kemudian mereka berjihad serta bersabar; sesungguhnya Tuhanmu - sesudah mereka menderita dan bersabar dalam perjuangan - adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." (Surah an Nahl: 16: 110) 

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa Ammar bin Yasir diseksa sehingga tidak tahu apa yang mesti diucapkannya. Demikian juga keadaannya dengan Shuhaib, Abu Fukaihah, Bilal, Amir bin Fuhairah dan kaum Muslimin lainnya. Maka penurunan ayat (Surah an Nahl: 16: 110) adalah berkenaan dengan mereka yang telah diselamatkan oleh Allah. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Saad di dalam Thabaqat dari Umar bin al Hakam) (Lihat Surah an Nisaa': 4: 97) 

dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas Dengan kejahatan Yang sama seperti Yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) Sesungguhnya Yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang Yang sabar. (Surah an Nahl: 16:126)

dan Bersabarlah (Wahai Muhammad terhadap perbuatan dan telatah golongan Yang ingkar itu); dan tiadalah berhasil kesabaranmu melainkan Dengan (memohon pertolongan) Allah; dan janganlah Engkau berdukacita terhadap kedegilan mereka, dan janganlah Engkau bersempit dada disebabkan tipu daya Yang mereka lakukan. (Surah an Nahl: 16: 127)

"Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa, dan orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya." (Surah an Nahl: 16:128)

Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa ketika Rasulullah berdiri di hadapan mayat Hamzah yang syahid dan dirosakkan anggota badannya, bersabdalah Rasulullah: "Aku akan bunuh 70 orang dari mereka sebagaimana mereka lakukan terhadap dirimu." Maka turunlah Jibril menyampaikan wahyu terakhir dalam surah an Nahl (Surah an Nahl: 16:126-128) ketika Nabi masih lagi berdiri. Wahyu ini turun sebagai teguran kepada Nabi dan Rasulullah melupakan hasratnya itu. (Diriwayatkan oleh al Hakim dan al Baihaqi di dalam kitab ad Dalail dan al Bazzar dari Abi Hurairah)

Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa ketika perang Uhud seramai 70 orang Islam mati syahid. la terdiri daripada 64 orang dari kaum Ansar dan 6 orang dari kaum Muhajirin dan di antaranya termasuklah Hamzah. Kesemuanya dirosakkan anggota badannya dengan kejam. Berkatalah kaum Ansar: "Jika kami mendapat kemenangan, kami akan melakukan lebih dari apa yang mereka lakukan." Ketika terjadinya peristiwa pembebasan kota Mekah turunlah ayat ini (Surah an Nahl: 16:126) sebagai larangan kepada kaum Muslimin mengadakan pembalasan yang lebih kejam dan disarankan kepada mereka supaya bersabar. (Diriwayatkan oleh at Tirmizi yang menganggap hadis ini hasan dan al Hakim dari Ubay bin Kaab)

Menurut zahirnya, dikatakan bahawa penurunan tiga ayat yang terakhir ini ditangguhkan sehingga Fathu Mekah. Akan tetapi dari hadis-hadis sebelumnya dikatakan bahawa penurunannya adalah pada perang Uhud.

Menurut kesimpulan yang dibuat oleh Ibnu Hishar, ayat-ayat ini turun sebanyak tiga kali. Pada mulanya turun di Mekah, keduanya pada perang Uhud dan ketiganya pada waktu Fathu Mekah untuk memberi peringatan kepada hamba-hambanya.

No comments:

Post a Comment

 
back to top