ASBABUN NUZUL SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 217
TURUNNYA
SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 217
Kisah Abdullah
ibn Jahsy Gubernur Muslim yang pertama contoh seorang pejuang Islam yang
berperang di bulan Haram.
“Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: ‘Berperang
dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya
memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kaum dari agamamu (kepada
kekafiran), maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat,
dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. ~ QS 2 – Al
Baqarah : Ayat 217 ~
Abdullah
ibn Jahsy adalah cucu Abdul Muthalib kakek Rasulullah, ibunya Umaimah bin Abdul
Muthalib, adik dari Abdullah ibn Abdul Muthalib. Abdullah bersahabat dengan
Muhammad karena kekerabatan dan memiliki kesamaan senang membicarakan hal yang
mempertanyakan penyembahan berhala-berhala.
Suatu hari
kota Mekkah diguyur hujan lebat, Ka’bah rusak terendam dan berhala-berhala
berjatuhan. Para pemuka kota Mekkah sepakat untuk merenovasi Ka’bah. Pada saat
akan meletakkan Hajar Aswad timbul masalah, siapa yang berhak untuk
meletakkannya. Akhirnya mereka sepakat untuk meminta pendapat dari orang yang
besok pagi paling awal masuk Ka’bah dari pintu Al Shafa.
Ternyata yang
paling awal masuk Ka’bah lewat pintu Al Shafa adalah Muhammad ibn Abdullah.
Dialah yang diminta pendapat siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad.
Dengan
kecerdasan dan kebijaksanaan Muhammad digelarlah sehelai kain, kemudian ia
letakkan Hajar Aswad diatasnya. Setelah itu Muhammad minta tiap pemimpin suku
untuk memegang setiap ujung kain dan menggotongnya mendekati pojok tempat Hajar
Aswad diletakkan, kemudian Muhammad meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.
Ketika
Muhammad diutus Allah untuk mengajak manusia menyembah Allah, alangkah gembira
hati Abdullah ibn Jahsy. Dia langsung mengakui dan mengimani saudaranya itu
sebagai Rasulullah dan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagao Penguasa
Alam Semesta. Abdullah beserta ayah ibu dan adik-adiknya mengikuti Rasulullah
hijrah ke Madinah.
Di Madinah
mereka disambut oleh kaum Anshar yang telah masuk Islam sejak para utusan yang
dibaiat Rasulullah di Aqobah kembali ke Madinah.
Ketika
Rasulullah membentuk ‘Pasukan Rahasia’, Abdullah ibn Jahsy ditunjuk untuk
memimpin 9 orang Muhajirin berangkat ke Mekkah dengan dibekali secarik surat
dari Rasulullah dengan pesan: ‘Jika kau telah berjalan selama 2 hari bukalah
surat ini dan lihatlah apa yang tertulis didalamnya. Lakukanlah apa yang
kuperintahkan dan jangan pernah memaksa sahabat-sahabatmu untuk mengikuti
keputusanmu’.
Dengan hati
senang karena dirinya dipercaya Rasulullah, Abdullah ibn Jahsy bersama 9
kawannya berangkat secara sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat kaum kafir.
Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Bahran kira-kira jaraknya 150 km
dari Madinah, barulah dia membaca surat yang diberikan Rasulullah yang isinya:
‘Jika kau telah membuka suratku ini, teruskan perjalanan hingga tiba di Nakhlah
(yaitu kira-kira 150 km dari Mekkah atau 50 km dari Taif). Setibanya disana
carilah kabar mengenai Kaum Quraisy’.
Abdullah
memberitahukan pesan Rasulullah, bahwa beliau melarang untuk memaksa siapapun
diantara teman-temannya yang tidak mau melanjutkan perjalanan. Namun mereka
sepakat untuk melaksanakan perintah Rasulullah dan melanjutkan perjalanan ke
kota Nakhlah.
Sesampainya
di Nakhlah mereka menyadari bahwa daerah ini merupakan daerah yang berbahaya
karena lebih dekat ke Mekkah.
Ketika
sedang beristirahat mereka terlihat para
Kafilah Quraisy yang dikawal beberapa orang bersenjata dan menyergapnya.
Abdullah tidak merasa gentar dalam pikirannya inilah kesempatan yang tepat
untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakiti, menyiksa,
mengusir dan merampas rumah serta harta mereka. Tetapi perkara lain menghalangi
mereka. Saat itu adalah bulan Rajab, yaitu ‘salah satu bulan yang mengharamkan
untuk berperang’. Mereka berpikir, apakah akan terus berperang dengan risiko
dicela bangsa Arab lain... ? atau membiarakan balas dendam ini berlalu begitu saja....
Akhirnya
mereka memilih berperang....
Perang
kecil terjadi dengan kemenangan di pihak Abdullah dan kawan-kawannya. Lalu
mereka kembali ke Madinah dengan membawa pampasan perang.
Sesampainya
di Madinah terjadi pergunjingan diantara penduduk Madinah, sebagian mencela
tindakan Abdullah yang berperang di bulan Haram dan sebagian mendukung Abdullah
untuk tetap berperang. Bahkan di kaum kafir Mekkah hal ini dijadikan komoditas
untuk menarik simpati suku-suku lain untuk memerangi kaum Muslim yang telah melanggar
hukum bangsa Arab, yaitu berperang di salah satu bulan Haram untuk berperang.
Namun Allah
Subhanahu wa Ta’ala berdiri disamping Abdullah ibn Jahsy dan kawan-kawannya,
dengan menurunkan ayat kepada RasulNya.
“Yas
aluunaka ‘anisy syahril haraami qitaali fiih. Qul qitaalun fiihi kabiir. Wa
shaddun ‘an sabiilillahi wa kufrumbihii wal masjidilharaami wa ikhraaju ahlihii
minhu akbaru ‘indallaah. Walfitnat akbaru minalqatl. Wa laa yazaaluuna
yuqaatiluunakum hattaa yarudduukum ‘an diinikum inistatha’uw. Wa mayyartadid
minkum ‘andiinihii fayamut wa huwa kaafirun faulaaika habithat a’maaluhum
fiddunyaa wal aakhirah. Wa ulaaika ash haabunnaari hum fiihaa khaaliduun”.
“Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: ‘Berperang
dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya
memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kaum dari agamamu (kepada kekafiran), maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. ~ QS 2 – Al Baqarah : Ayat 217 ~
Kata-kata
dalam ayat itu menunjukkan kasih sayang Allah kepada Rasulullah saw dan kaum
Muslim, terutama kepada Abdullah ibn Jahsy dan kawan-kawannya .
Allah
menghendaki bahwa mereka terbebas dari kesalahan.
Pembebasan
ini turun dari Allah sebagai penghormatan kepada mereka serta pemuliaan
terhadap keberanian dan kepahlawanan mereka. Mereka benar-benar tulus dan
ikhlas berjuang di jalan Allah dan demi menegakkan kalimat-kalimatNya.
Ada
kejadian menarik pada diri Abdullah ibn Jahsy sebelum perang Uhud. Dia berdo’a
agar pada perang itu dihadapkan dengan musuh yang paling kuat yang dapat
membunuhnya dan jika ia terbunuh dengan hidung dan telinga putus tetap dalam
ridho Allah. Kalimat permohonan itu mungkin terdengar bagi guyonan, tetapi
ketahuilah bahwa permohonan itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam
yang menghendaki kesyahidan di jalan Allah. Allah mendengar do’anya, Abdullah
syahid dalam Perang Uhud dan ketika Rasulullah melihat jasad Abdullah ibn
Jahsy, telinga dan hidungnya terpapas pedang musuh.
Sosok
Abdullah ibn Jahsy ini menjadi contoh tentang keberanian seorang pejuang dan
kecintaannya kepada syahadah. Semoga Allah meridhoinya.
Bekasi, 9 Jumadil Akhir 1436 Hijriyah atau 30 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema :
Al Baqarah (2) – Ayat 217 tentang Abdullah ibn Jahsy Gubernur Muslim
yang pertama contoh seorang pejuang Islam yang berperang di bulan Haram
Wednesday, April 29, 2015
HIKMAH SAKIT
HIKMAH SAKIT
by: Ustadz Salim A. Fillah
#1 - Sakit itu dzikrullah
Mereka yang m enderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut
Asma ALLAH dibanding ketika dalam sehatnya.
#2. Sakit itu istighfar
Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit, sehingga lisan
terbimbing untuk mohon ampun.
#3. Sakit itu tauhid
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang
akan terus digetar?
#4. Sakit itu muhasabah
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi
diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali.
#5. Sakit itu jihad
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah, diwajibkan terus
berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.
#6. Bahkan Sakit itu ilmu
Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan
pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena
sakit.
#7. Sakit itu nasihat
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri, yang sehat
hibur si sakit agar mau bersabar, ALLAH cinta dan sayang keduanya.
#8. Sakit itu silaturrahim
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya
datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah
perekat ukhuwah.
#9. Sakit itu gugur dosa
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota
badan yang sakit dinyerikan dan di cuci-Nya.
#10. Sakit itu mustajab doa
Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta
didoakan oleh yang sakit.
#11. Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan, diajak maksiat tak mampu tak mau, dosa lalu malah disesali
kemudian diampuni.
#12. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis, satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk
langit.
#13. Sakit meningkatkan kualitas ibadah, rukuk-sujud lebih khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering,
tahiyyat-doa jadi lebih lama.
#14. Sakit itu memperbaiki akhlak, kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi
dibiasakan sa-ntun, lembut dan tawadhu.
#15. Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat
mati.
Semoga bermanfaat
Tuesday, April 28, 2015
ASBABUN NUZUL SURAH 60 – AL MUMTAHANAH AYAT 6 - 7
TURUNNYA
SURAH 60 - AL MUMTAHANAH AYAT 6 - 7
Kisah Ramlah
bint Abu Sufyan ra. – Seruan untuk mencintai musuh.
“Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari
Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Mudah-mudahan
Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi
diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. ~ QS 60 – Al Mumtahanah : Ayat 6 dan 7 ~
Kota Mekkah
adalah kota yang dirahmati Allah, disana ada rumah Allah yang setiap hari
dikelilingi orang bertawaf, setiap tahun dikunjungi orang berhaji sehingga
aktivitas perniagaan di Kota Mekkah maju pesat.
Disana
banyak orang-orang kaya raya, salah satunya adalah Abu Sufyan ibn Harb. Dia
orang yang sangat membenci Islam dan Bani Hasyim karena mereka yang menampuk
kepemimpinan di Mekkah. Abu Sufyan mempunyai seorang anak wanita yang cantik
bernama Ramlah. Meskipun ayahnya kaya tidak menjadikan Ramlah wanita yang
sombong. Bicaranya tetap lembut, santun, dan murah hati. Ramlah menikah dengan
seorang pemuda bernama Ubaidillah ibn Yahsy.
Ketika
cahaya Islam mulai memancar di Mekkah, Ubaidillah termasuk diantara orang yang
pertama masuk Islam, namun keislamannya dia sembunyikan dihadapan mertuanya Abu
Sufyan bahkan di hadapan Ramlah isterinya sendiri.
Suatu hari
ketika dia secara diam-diam membaca ayat Al Qur’an, terdengar oleh isterinya
dan menanyakannya. Setelah dijelaskan bahwa itu adalah ayat Al Qur’an, hidayah
keimanan menyentuh hati Ramlah dan saat itu pula ia menyatakan keislamannya.
Mendengar
anaknya masuk Islam, Abu Sufyan sangat marah dan menuduh Ubaidillah yang
mempengaruhi Ramlah untuk meninggalkan agama leluhurnya. Mereka dihina, dicaci
dan dianiaya sehingga atas petunjuk Rasulullah, keluarga Ubaidillah disuruh
hijrah ke Abissinia bersama Muslim lainnya.
Penguasa Abissinia
saat itu adalah Raja Najasyi. Meskipun dia beragama Nasrani namun Raja Najasyi
melindungi kaum muslim yang berhijrah dan menolak permintaan kaum kafir untuk
mengembalikannya.
Ramlah
beserta suaminya Ubaidillah hidup bahagia disana hingga keduanya dianugerahi
anak perempuan yang bernama Habibah dan Ramlah dipanggil Ummu Habibah.
Pada suatu
hari Ramlah bermimpi melihat suaminya Ubaidillah berjalan ke arahnya dengan
wajah hitam dan dahi yang terluka.
Ternyata
mimpi buruk atas suaminya menjadi kenyataan. Ubaidillah diam-diam menjadi
seorang pecandu khomar, sering meninggalkan kewajiban agama dan puncaknya
ketika ia mabuk keluarlah kata-kata diluar kesadarannya bahwa dia telah
berpindah keyakinan menjadi penganut Nasrani agama Raja Najasyi.
Mendengar
pernyataan suaminya itu, dunia seakan-akan telah menyempit. Ia tidak mungkin
kembali ke Mekkah menemui ayahnya yang telah mengusirnya. Rumahnya sendiri
telah dijual ayahnya dan kini ia merasa sendirian tidak punya lagi tempat
berlindung. Didalam kesedihannya ia berharap dan memohon kepada Allah rahmat
dan kebaikan bagi dirinya.
Allah
mendengar dan mengabulkan permohonan Ramlah. Ubaidillah jatuh sakit dan
ditengah deraan penyakitnya ia bersikukuh pada agama barunya, Nasrani. Akhirnya
ia mati dalam dekapan keyakinan barunya.
Didalam
kesendiriannya, sekarang ia dapat menentukan jalan untuk menghidupi dirinya
bersama puterinya dan bertekad untuk kembali ke Mekkah atau mungkin ikut hijrah
ke Yatsrib.
Suatu malam
didalam tidurnya ia melihat seberkas cahaya memancar dari sebelah kanan dan
mendengar suara menyerunya: “Wahai Ummul Mu’minin...”. Ramlah terbangun kaget
dan mencoba mengingat kembali suara yang didengarnya: “Wahai Ummul
Mu’minin...!!”
Menjelang
pagi, terdengar ada yang mengetuk rumahnya. Ketika dia membuka pintu,
dihadapannya berdiri Abrahah seorang budak milik Raja Najasyi dengan wajah yang
menampakkan keceriaan dan kebahagiaan berkata: “Nyonya..., Nabimu mengutus
seseorang kepada raja kami untuk meminangmu. Maka tunjuklah wakil untuk
menikahkanmu dengannya”. Terngiang kembali seruan yang terdengar dalam
mimpinya: “Wahai Ummul Mu’minin...!!”. Dia akan menjadi isteri Rasulullah....?
Raja
Najasyi mengundang sebagian besar kaum Muhajirin yang dipimpin oleh Jafar ibn
Abu Thalib dan Khalid ibn Said ke Istananya. Raja berkata kepada mereka dengan
wajah yang cerah ceria: “Sesungguhnya Muhammad ibn Abdullah nabi kalian,
mengirimkan surat melalui seorang utusan, ia memintaku untuk menikahkannya
dengan Ramlah, Ummu Habibah. Ia memberikan mas kawin 400 dirham. Siapakah
diantara kalian yang paling layak mewakili Ramlah...?.
Mereka
serempak telah menunjuk Khalid ibn Said yang akan mewakilinya. Pernikahan ini
disebut Akad Qiran. Raja Najasyi sendiri menghadiahkan perkawinan berupa
pakaian, minyak wangi, permadani dan barang-barang lainnya sebagai
penghormatan.
Tak lama
setelah pernikahan, Rasulullah mengutus orang untuk menjemput Ramlah beserta
seluruh Muhajirin untuk hijrah ke Madinah. Ketika bertemu dengan Rasulullah, Ramlah
teringat akan hadiah dari Raja Najasyi, ia bertanya kepada Rasulullah: “Apakah
boleh dia menerima dan memakai hadiah dari orang Non Muslim...?”.
Rasulullah
sendiri belum bisa memutuskan dan menunggu ketetapan Allah. Maka Allah
menghibur keduanya dengan menurunkan ayat berikut:
“Laqad kaana
lakum fiihim uswatul liman kaana yarjullaaha walyaumal akhir wa mayyatawalla
fainnallaaha huwal ghaniyyul hamiid. ‘Asallaahu ayyaj’ala bainakum wa
bainalladziina ‘aadaitum minhum mawaddah. Wallaahu ghafuururrahiim”.
“Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari
Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Mudah-mudahan
Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi
diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. ~ QS 60 – Al Mumtahanah : Ayat 6 dan 7 ~
Demikianlah
Allah memperkenankan Ramlah untuk menerima hadiah dari Raja Najasyi.
Ketika
terjadi gencatan senjata untuk tidak saling menyerang antara Kaum Muslim dengan
Kaum Quraisy, Abu Sufyan datang ke Madinah menjenguk Ramlah dan Rasulullah
sekaligus meminta bantuan.
Ketika
bertemu dengan Ramlah, bukannya bantuan yang didapat tapi Ramlah meminta
ayahnya segera berpindah keyakinan ke agama Islam. Akhirnya Abu Sufyan pulang
ke Mekkah dengan tangan hampa.
Demikian
Ramlah atau Ummu Habibah hidup berbahagia mendampingi Rasulullah bersama para
isteri yang lain, hingga dia wafat dan dimakamkan di Baqi. Semoga Allah
melimpahkan rahmat kepada Ramlah Ummu Habibah sesuai derita dan nestapa yang
dijalaninya penuh kesabaran hingga Allah menggantikannya dengan menjadi salah seorang
isteri Rasulullah.
Bekasi, 5 Jumadil Akhir 1436 Hijriyah atau 26 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : Al Mumtahanah (60) – Ayat
6 dan 7 tentang Ramlah bint Abu Sufyan ra. – Seruan untuk mencintai musuh.Monday, April 27, 2015
TIDUR ALA RASULULLAH
TIDUR ALA
RASULULLAH
"Posisi
miring ke kanan, berbaringlah h dengan memiringkan badan sehingga badan
bertumpu pada lambung sebelah kanan." (Muttafaq alaih:1470)
"Meletakkan
tangan dibawah pipi" (HR-
Bukhari:821)
"Terlarang
tidur tengkurap" (HR- Abu Dawud:822)
“Berbaringlah
di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah
pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No.
3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
“Apabila
kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian
untuk shalat kemudian berbaringlah ke sisi kanan!”
(HR. Bukhari 247 dan Muslim 2710)
(HR. Bukhari 247 dan Muslim 2710)
4 Perkara
Sebelum Tidur
SEBELUM
tidur, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpesan kepada Aisyah R.A. :
"Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum
melakukan 4 perkara, yaitu :
1. Sebelum khatam Al Qur'an
2. Sebelum membuat para Nabi memberimu syafaat di hari akhir
3. Sebelum para muslim meridhoi kamu
4. Sebelum kau laksanakan haji dan umroh"
1. Sebelum khatam Al Qur'an
2. Sebelum membuat para Nabi memberimu syafaat di hari akhir
3. Sebelum para muslim meridhoi kamu
4. Sebelum kau laksanakan haji dan umroh"
Bertanya
Aisyah : "Ya Rasulullah.. Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara
seketika?"
Rasul
tersenyum dan bersabda :
1. "Jika engkau akan tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan
kau mengkhatamkan Al Qur'an."
2. "Membaca sholawat untuk ku dan para nabi sebelum aku, maka kami
semua akan memberi syafa'at di hari kiamat“.
3. "Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meridhoi
kamu“.
4. "Perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka
seakan - akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh“.
Demikian tidur ala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Semoga
kita bisa mengikuti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw agar kita juga
mendapatkan keberkahan dalam hidup kita.
Semoga
bermanfaat.
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Bekasi, 27 April 2015
Sunday, April 26, 2015
ASBABUN NUZUL SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4
TURUNNYA SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4
Kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan
yang menggugat Rasulullah saw.
[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di
antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri
mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu
perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri
mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan
(budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan
enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang
sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~
Khaulah bin Tsa’labah menikah dengan Aus
inb Al Shamit yang usianya jauh lebih tua dan semakin tua semakin
sensitif. Suatu hari keduanya bertengkar
dan makin lama makin sengit, sehingga saat dibakar amarah Aus mengucapkan
kata-kata yang sangat fatal: ‘Wahai Khaulah engkau bagiku seperti punggung
ibumu’.
Dalam adat jahiliyah kata-kata menyamakan
isteri dengan ibunya itu sangat fatal, artinya suami telah ‘men-zihar/mentalak’
isterinya. Diantara keduanya telah terjadi perceraian.
Aus ngotot bahwa sekarang keduanya sudah
hidup bukan dijaman jahiliyah lagi, sehingga hukum itu sudah tidak berlaku,
sebaliknya Khaulah berpendirian hukum itu tetap masih berlaku.
Khaulah akhirnya mengadu kepada Rasulullah
dan beliaupun membenarkan kata-kata Khaulah bahwa keduanya sudah bercerai dan
menyuruh Khaulah menjauhi Aus suaminya.
Khaulah bingung karena Aus yang sudah tua
sangat membutuhkan dirinya. Tiba-tiba dalam diri Khaulah ada dorongan untuk
menghadap ke langit seraya berdo’a: “Ya Allah kepadaMu aku mengadu atas cobaan
ini. Aku sulit meninggalkan seseorang yang membutuhkanku dan kembalikanlah
kebahagiaan kami berdua”.
Allah mendengar do’anya dan seketika itu
pula Allah mewahyukanj ayat kepada Rasulullah:
“Qad sami’allaahu qaulallatii tujaadiluka
fii zaujihaa wa tasytakii ilallaa. Wallaahu yasma’u tahaawurakumaa. Innallaaha
samii’um bashiir. Alladziina yudhaahiruuna minkum min nisaa ihim maahunna
ummahaatihim. In ummahaatuhum illallaa ii waladnahum. Wa innahum layaquuluuna
munkaram minal qauli wazuuraa. Wa innallaaha la’afuwwun ghafuur. Walladziina
yudhaahiruuna min nisaa ihim tsumma ya’uuduuna limaaqaaluu fatahriiru raqabatim
min qabli ayyatamaassaa. Dzaalikum tuu’adhuunabih. Wallaahu bimaa ta’maluuna
khabiir. Famallam yajid fashiyaamu syahraini mutataa bi’aini min qabli
ayyatamaassaa. Famallam yastathi’ faith’aamu sittiina miskiina. Dzaalika
litu’minuu billaahi wa rasuulih. Wa tilka huduudullaah. Wa lilkaafiriina
‘adzaabun aliim”.
[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di
antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri
mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu
perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri
mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan
(budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi
makan enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah
dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan
yang sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~
Setelah mendengar ayat-ayat itu senanglah
hati Khaulah, namun sayangnya dia tidak memiliki budak, suaminya juga tidak
akan mampu berpuasa selama 2 bulan berturut-turut dan karena miskinnya ia tidak
mampu memberi makan 60 orang.
Rasulullah akhirnya menyuruhnya
men-sedekahkan 1 ‘wasaq’ (setara dengan 150 kg) kurma. Namun Khaulah hanya
punya setengahnya dan setengahnya lagi disumbang dari salah seorang sahabat
Rasul.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat
landasan syariat atas masalah zihar. Hikmah dari peristiwa ini agar para suami
berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata talak kepada isterinya.
Bekasi, 29 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 20 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema:
Al Mujadilah (58) – Ayat 1-4 kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan
yang menggugat Rasulullah saw.
Saturday, April 25, 2015
JANGAN TINGGALKAN SHALAT SUBUH
JANGAN TINGGALKAN SHALAT SUBUH
Allah telah menyediakan bagi mereka yang menjaga ketaatan
kepadanya dengan jaminan syurga. Diantara amalan yang mudah dan mampu dilakukan
setiap muslim untuk meraih kemuliaan itu adalah dengan menjaga shalat subuh.
Mengapa shalat shubuh lebih diistimewakan oleh Allah dari
shalat-shalat yang lainnya? Inilah
rahasinya…!
#1. SHALAT SHUBUH MENJADI TAMENG DARI NERAKA
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Tidaklah akan masuk neraka orang
yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) dan
shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar)." (H.R. Muslim
no. 634).
#2. SHALAT SUBUH JAMINAN MASUK SURGA
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;"Barangsiapa
yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan
masuk surga." (HR Bukhari, 574 - Muslim, 635).
#3. SHALAT SUBUH DAPAT PAHALA SEPERTI SHOLAT SEMALAMAN
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat isya'
berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan
barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat
seluruh malamnya." (HR Muslim. 656).
#4. SHALAT SHUBUH MENDAPAT JAMINAN KESELAMATAN
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda
:"Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh
karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya.
Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah
pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam
neraka jahannam." (HR Muslim, 163).
#5. BERCAHAYA DI HARI KIAMAT
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan
(Isya' dan Shubuh) menuju Masjid, dengan cahaya yang sangat terang pada hari
Kiamat kelak." (HR Ibnu Majah - Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa
menuju masjid pada waktu pagi hari atau sore hari maka Allah akan memberikan
jamuan hidangan baginya di surga pada setiap pagi dan sore.” (HR. Al-Bukhari,
148 dan Muslim, 669).
#6. SHALAT SUBUH LEBIH BAIK DARI DUNIA DAN ISINYA
Hal ini berdasarkan keutamaan shalat sunnah rawatib yang
mengiringi shalat shubuh adalah lebih baik dari dunia dan seisinya, apalagi
sholat shubuh yang fardhu, maka lebih utama lagi darinya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda "Dua
rakaat shalat shubuh itu lebih baik dari dunia beserta isinya." (HR Muslim
- Ahmad).
#7. PARA MALAIKAT MENYAKSIKAN
Allah berfirman: "Dirikanlah
shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh tu disaksikan (oleh
malaikat)." (Al-Isra'
78)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Dan para
malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh)."
(HR Bukhari, 137 - Muslim. 632)
SubhanAllah..
Inilah keistimewaan yang tersembunyi dibalik shalat shubuh. Sungguh merugilah
kita yang telah sengaja meninggalkan serta melalaikannya.
No comments:
Post a Comment