1. “Alif laam miin[10].”
(Al-Baqarah: 1)
[10] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
2. “Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],”
(Al-Baqarah: 2)
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
3. “(yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang kami anugerahkan kepada mereka.”
(Al-Baqarah: 3)
[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14] yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, Karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.
[15] Shalat menurut bahasa ‘Arab: doa. menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang Telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
4. “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].”
(Al-Baqarah: 4)
[17] Kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada para rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang Kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
5. “Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].”
(Al-Baqarah: 5)
[19] ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.
6. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”
(Al-Baqarah: 6)
7. “Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
(Al-Baqarah: 7)
[20] yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.
[21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
8. “Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22],’ pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
(Al-Baqarah: 8)
[22] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.
9. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
(Al-Baqarah: 9)
10. “Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
(Al-Baqarah: 10)
[23] yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.
11. “Dan bila dikatakan kepada mereka:’Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]’. mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’”
(Al-Baqarah: 11)
[24] kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.
12. “Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
(Al-Baqarah: 12)
13. “Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman.” mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?” Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.”
(Al-Baqarah: 13)
14. “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami Telah beriman’. dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.’”
(Al-Baqarah: 14)
[25] Maksudnya: pemimpin-pemimpin mereka.
15. “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”
(Al-Baqarah: 15)
16. “Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”
(Al-Baqarah: 16)
17. “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[26], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.”
(Al-Baqarah: 17)
[26] orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, Karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.
18. “Mereka tuli, bisu dan buta[27], Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),”
(Al-Baqarah: 18)
[27] walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh Karena tidak dapat menerima kebenaran.
19. “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati[28]. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir[29].”
(Al-Baqarah: 19)
[28] keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. mereka menyumbat telinganya Karena tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan Al Quran itu.
[29] maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang-orang kafir.
20. “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
(al-Baqarah: 20)
Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid bahwa empat ayat pertama dari surah al-Baqarah (Al-Baqarah: 2-5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan kaum Mukminin, dua ayat berikutnya (Al-Baqarah: 6-7) tentang kaum kafirin yang menegaskan bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup –diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman-, dan tiga belas ayat selanjutnya (Al-Baqarah: 8-20) menegaskan ciri-ciri, sifat, dan kelakuan munafikin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi ‘Ikrimah, dari Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa firman Allah, innal ladziina kafaruu sawaa-un ‘alaihim…(sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka..) sampai.. wa lahum ‘adzaabun ‘azhiim (… dan bagi mereka siksa yang amat berat) (Al-Baqarah: 6-7) diturunkan berkenaan dengan kaum Yahudi Madinah, yang menjelaskan bahwa mereka itu, walaupun diperingatkan, tetap tidak akan beriman.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ar-Rabi’ bin Anas. Bahwa dua ayat ini (Al-Baqarah: 6-7) diturunkan di dalam peperangan Ahzab.
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan ats-Tsa’labi, dari Muhammad bin Marwan dan as-Suddish Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Sanad hadits ini sangat daif, karena as-Suddish Saghir itu seorang pendusta, serta al-Kalbi dan Abu Shalih itu daif. Bahwa firman Allah, wa idzaa laqul ladziina aamanuu…(dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman…) (Al-Baqarah: 14) diturunkan berkenaan dengan ‘Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya, dalam peristiwa sebagai berikut: Pada suatu hari saat mereka bertemu dengan beberapa shahabat Nabi saw., ‘Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: “Lihatlah, bagaimana caraku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh ditu.” Ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakr sambil berkata: “Selamat Penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam, orang kedua beserta Rasulullah di Gua (Tsaur), dan yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah.” Kemudia ia menjabat tangan ‘Umar sambil berkata: “Selamat Penghulu Bani ‘Adi bin Ka’b, yang mendapat gelaran al-Faruuq, yang kuat memegang agama Allah, yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah.” Kemudian ia menjabat tangan ‘Ali bin Abi Thalib sambil berkata: “Selamat Penghulu Bani Hasyim sesudah Rasulullah.” Setelah itu merekapun berpisah. Berkatalah ‘Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya: “Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang aku lakukan.” Kawan-kawannyapun memuji-muji ‘Abdullah bin Ubay. Setibanya kaum Muslimin (Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Ali) di hadapan Rasulullah saw., mereka memberitahukan peristiwa tadi. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 14). Ayat ini membeberkan kepalsuan golongan munafik dalam menghadapi kaum Muslimin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abu Shalih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud, dan beberapa orang shahabat lainnya. Bahwa dua orang munafik Madinah lari dari Rasulullah kepada kaum musyrikin. Di jalan ditimpa hujan (sebagaimana diterangkan di dalam surah Al-Baqarah ayat 19-20), hujan tersebut mengandung guruh yang dahsyat, petir dan kilat). Tiap kali ada petir, mereka menutup telinga dengan jari, karena takut memekakkan telinga, dan mati karenanya. Apabila kilat bersinar, mereka berjalan, dan apabila tiada sinar kilat, mereka tidak dapat melihat. Mereka kembali ke jalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka. Keesokan harinya mereka menghadap Rasulullah saw. menyerahkan diri masuk Islam sebaik-baiknya. Allah mengumpamakan kejadian dua orang munafik ini kepada kaum munafikin lainnya yang ada di Madinah. Apabila menghadiri majelis Rasulullah saw. mereka menutup telinga dengan jarinya karena takut terkena oleh sabda Rasulullah yang menerangkan hal ihwal mereka sehingga terbongkarlah rahasianya, atau mereka jadi tunduk, karena terpikat hatinya. Perbandingan antara kedua orang munafik dengan munafikin Madinah adalah:
1. Kedua orang munafik menutup telinga karena takut mendengar guruh yang memekakkan, dan apabila kilat bersinar, mereka berjalan. Sedang kaum munafikin Madinah menutup telinga karena takut terkena sabda Rasul, akan tetapi di saat banyak harta, anak buah, dan mendapat ghanimah atau kemenangan, mereka ikut serta kaum Muslimin dan berkata: “Nyatalah sekarang benarnya agama Muhammad itu.” Dan mereka merasa tenteram.
2. Kedua orang munafik apabila tiada cahaya kilat, mereka berhenti dan tertegun. Sedang kaum munafikin Madinah apabila habis hartanya, anak buahnya, dan terkena musibah, mereka berkata: “Inilah akibat agama Muhammad.” Mereka kembali murtad dan kufur.
7FEB
26. “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?.” dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,”
(Al-Baqarah: 26)
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[
2:26] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah.
[Papar keseluruhan surah]
Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perbandingan apa sahaja, (seperti) nyamuk hingga ke suatu yang lebih daripadanya (kerana perbuatan itu ada hikmatnya), iaitu kalau orang-orang yang beriman maka mereka akan mengetahui bahawa perbandingan itu benar dari Tuhan mereka; dan kalau orang-orang kafir pula maka mereka akan berkata: "Apakah maksud Allah membuat perbandingan dengan ini?" (Jawabnya): Tuhan akan menjadikan banyak orang sesat dengan sebab perbandingan itu, dan akan menjadikan banyak orang mendapat petunjuk dengan sebabnya; dan Tuhan tidak akan menjadikan sesat dengan sebab perbandingan itu melainkan orang-orang yang fasik;
(Al-Baqarah 2:26) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
[33] diwaktu Turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan Turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan Kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
[34] disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan beberapa sanad, yang bersumber dari as-Suddi, bahwa ketika Allah membuat dua perumpamaan kaum munafikin dalam firman-Nya (Al-Baqarah: 17 dan 19), berkatalah kaum munafikin: “Mungkinkah Allah yang Maha Tinggi dan Maha Luhur membuat perumpamaan seperti itu?”Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 26).
Ayat ini menegaskan bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan yang Allah kemukakan, orang yang beriman akan menjadi lebih tebal imannya dan yang hanya orang pasik yang akan semakin sesat karena menolak petunjuk Allah.
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari ‘Abdulghani bin Sa’id ats-Tsaqafi, dari Musa bin ‘Abdirrahman, dari Ibnu Juraij dari ‘Atha’, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. ‘Abdulghani itu sangat daif. Bahwa surat Al-Baqarah ayat 26 tersebut
sehubungan denngan surah al-Hajj atau 73 dan surat al-Ankabuut ayat 41, dengan reaksi kaum munafikin yang berkata: “Bagaimana pandanganmu tentang Allah yang menerangkan lalat dan laba-laba di dalam al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad. Apakah ini bukan bikinan Muhammad?”
Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq di dalam Tafsir-nya, dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Bahwa ketika Allah menerangkan laba-laba dan lalat dalam surah al-Hajj ayat 73 dan surah 29 al-Ankabuut ayat 41, kaum musyrikin berkata: “Apa gunanya laba-laba dan lalat diterangkan di dalam al-Qur’an?” Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 26).
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari al-Hasan. Bahwa ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 26) diturunkan sehubungan dengan dengan surah al-Hajj ayat 73 dan surah al-Ankabuut ayat 41, dengan reaksi kaum musyrikin yang berkata: “Contoh macam apakah ini yang tidak patut dibuat perumpamaan?”
Keterangan: menurut as-Suyuti, pendapat yang pertama (Ibnu Jarir) lebih shahih isnadnya dan lebih munasabah dengan permulaan surah. Sedangkan yang menerangkan kaum musyrikin, tidak sesuai dengan keadaan ayat Madaniyah (yang diturunkan di Madinah).
Adapun yang diriwayatkan oleh al-Wahidi (sebagaimana telah dikemukakan di atas) yang bersumber dari Qatadah dan al-Hasan, dengan tidak pakai isnad, munasabah apabila menggunakan kata, “Berkatalah kaum Yahudi”.
44. “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
(Al-Baqarah: 44)
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[
2:44] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah.
[Papar keseluruhan surah]
Patutkah kamu menyuruh manusia supaya berbuat kebaikan sedang kamu lupa akan diri kamu sendiri; padahal kamu semua membaca Kitab Allah, tidakkah kamu berakal?
(Al-Baqarah 2:44) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan ats-Tsa’labi, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 44) tentang seorang Yahudi Madinah yang pada waktu itu berkata kepada mantunya, kaum kerabatnya, dan saudara sesusuannya yang telah masuk agama Islam: “Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar.” Ia menyuruh orang lain berbuat baik, tetapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Ayat ini (Al-Baqarah: 44) sebagai peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan seperti itu.
62. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari Kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(Al-Baqarah: 62)
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[2:62] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasora (Nasrani), dan orang-orang Saabien sesiapa di antara mereka itu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta beramal soleh, maka bagi mereka pahala balasannya di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.
(Al-Baqarah 2:62) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
[56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari’at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
[57] orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[58] ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Htim dan al-‘Adni di dalam Musnad-nya, dari Ibnu Abi Najih, yang bersumber dari Mujahid. Bahwa Salman bertanya kepada Nabi saw. tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Kemudian ia menerangkan cara shalat dan ibadahnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 62) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat saleh akan mendapat pahala dari Allah swt.
Diriwayatkan oleh al-Wahidi, dari ‘Abdullah bin Katsir, yang bersumber dari Mujahid. Bahwa ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah kisah teman-temannya, maka Nabi saw. bersabda: “Mereka di neraka.” Salman berkata: “Seolah gelap gulitalah bumi bagiku. Akan tetapi turun ayat ini (al-Baqarah: 62), seolah-olah terang benderang dunia bagiku.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari as-Suddi. Bahwa ayat ini (al-Baqarah: 62) turun berkenaan dengan teman-teman Salman al-Farisi.
8FEB
76. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:” kamipun Telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang Telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; Tidakkah kamu mengerti?”[66]
[66] sebagian Bani Israil yang mengaku beriman kepada nabi Muhammad s.a.w itu pernah bercerita kepada orang-orang islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan tentang kedatangan nabi Muhammad s.a.w. Maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan: “Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat?”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid bahwa Nabi saw. pada Peperangan Bani Qaraizhah berdiri di bawah benteng mereka. Dengan marahnya atas pengkhianatan mereka beliau bersabda: “Hai saudara-saudara kera! Saudara-saudara babi! Hai penyembah-penyembah thaghut.” Para pemimpin bani Quraizhah berkata kepada kaumnya: “Siapa yang memberitahu Muhammad tentang ucapan yang dikeluarkannya itu? Ia tidak mungkin tahu kecuali dari kamu. Mengapa kalian memberitahukan kepada mereka tentang kutukan Allah kepada kalian, sehingga mereka dapat mengalahkan hujah kalian?” maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah: 76) yang menegaskan penyesalan mereka atas kebocoran isi Taurat kepada Nabi Muhammad saw..
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[
2:76] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah.
[Papar keseluruhan surah]
Dan apabila mereka (orang-orang Yahudi pada zaman Rasulullah) bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kami telah beriman"; dan apabila mereka berjumpa sesama sendiri, mereka berkata: "Patutkah kamu ceritakan kepada mereka (orang-orang Islam) dengan apa yang telah diterangkan oleh Allah kepada kamu (di dalam Kitab Taurat mengenai kebenaran Nabi Muhammad) untuk menjadikannya hujah (bukti) yang dapat mengalahkah kamu di sisi Tuhan kamu? Tidakkah kamu berakal?"
(Al-Baqarah 2:76) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa apabila kaum Yahudi bertemu dengan orang-orang Mukminin, mereka (kaum Yahudi) berkata: “Kami percaya bahwa shahabatmu itu utusan Allah, akan tetapi diutus hanya kepadamu saja.” Apabila bertemu dengan teman-teman mereka, mereka berkata: “Janganlah kamu memperbincangkan masalah ini (kerasulan) dengan orang-orang Arab, karena kamu dahulu pernah meminta kepada Allah agar mendapat kemenangan terhadap orang-orang Arab dengan kebesaran utusan yang akan datang (Muhammad), sedang kenyataannya utusan itu dari golongan mereka.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 76) sebagai penjelasan atas kelakuan Yahudi.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah: 76) tentang orang-orang Yahudi yang beriman, kemudian menjadi kaum munafik. Dahulu di waktu mereka beriman, mereka sering mendatangi kaum Mukminin bangsa Arab dengan membawa berita yang biasa mereka perbincangkan. Setelah munafik mereka berbicara satu sama lainnya: “Mengapa kamu beritahukan tentang kutukan Allah yang berupa siksaan terhadap kita sehingga mereka (kaum Mukminin) dapat berkata: “Kami lebih dicintai Allah dan lebih mulia dari kamu.”
79. “Maka Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”
(Al-Baqarah: 79)
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[2:79] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
Kecelakaan besar bagi orang-orang yang menulis Kitab Taurat dengan tangan mereka (lalu mengubah Kalam Allah dengan rekaan-rekaan mereka), kemudian mereka berkata: "Ini ialah dari sisi Allah", supaya mereka dengan perbuatan itu dapat membeli keuntungan dunia yang sedikit. Maka kecelakaan besar bagi mereka disebabkan apa yang ditulis oleh tangan mereka, dan kecelakaan besar bagi mereka dari apa yang mereka usahakan itu.
(Al-Baqarah 2:79) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
Diriwayatkan oleh an-Nasa-i yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (al-Baqarah: 79) turun tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa turunnya ayat ini (al-Baqarah: 79) tentang paderi-paderi bangsa Yahudi yang mendapatkan sifat-sifat Nabi saw. tertulis dalam kitab Taurat, yang berbunyi: matanya yang selalu memakai celak, tingginya sedang, rambutnya keriting, mukanya cantik. Akan tetapi mereka hapus (kalimat tersebut dari Taurat) karena dengki dan benci serta menggantinya dengan kalimat: badannya tinggi, matanya biru, rambutnya lurus.
80. Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu Hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani di dalam kitab al-Kabir, dan Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari ‘Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa di waktu Rasulullah saw. sampai di Madinah, kaum Yahudi berkata: “Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia disiksa setiap seribu tahun dari hari dunia ini sehari di yaumil akhir, sehingga jumlahnya hanya tujuh hari saja, dan setelah itu putuslah siksaan itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 80) sebagai bantahan dan peringatan kepada orang-orang yang menganggap dirinya lebih tahu daripada Allah swt.
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[2:80] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
Dan mereka berkata: "Kami tidak sekali-kali akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang tertentu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Adakah kamu sudah mendapat janji dari Allah supaya (dengan itu) Allah tidak akan menyalahi janjiNya, atau hanya kamu mengatakan atas nama Allah sesuatu yang tidak kamu mengetahuinya?"
(Al-Baqarah 2:80) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari adl-Dlahhak yang bersumber dari ‘Ikrimah, Ibnu ‘Abbas, dan lain-lain bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah: 80) sehubungan dengan ucapan kaum Yahudi yang berkata: “Kita tidak akan masuk neraka kecuali beberapa hari saja, selama kita menyembah anak sapi, yaitu empat puluh hari, sesuai dengan sumpah kita. Dan apabila telah habis empat puluh hari, putuslah siksaan terhadap kita.
89. “Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka[70], padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang Telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.”
(Al-Baqarah: 89)
x
Surah Al-Baqarah - سورة البقرة
[2:89] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
Dan ketika datang kepada mereka sebuah Kitab dari Allah (Al Quran), yang mengesahkan apa yang ada pada mereka (Kitab Taurat), sedang mereka sebelum itu sentiasa memohon (kepada Allah) kemenangan atas kaum kafir musyrik (dengan kedatangan seorang Nabi pembawa Kitab itu). Setelah datang kepada mereka apa yang mereka sedia mengetahui kebenarannya (Nabi Muhammad dan Al Quran), mereka mengingkarinya; maka (dengan yang demikian), laknat Allah menimpa orang-orang yang kafir ingkar itu.
(Al-Baqarah 2:89) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
x
[70] maksudnya kedatangan nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-sifatnya.
Diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam kitab al-Mustadrak dan al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-il, dengan sanad yang lemah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (bangsa Arab). Tiap kali bertempur, kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi minta pertolongan dengan doa ini: “Ya Allah, sesungguhnya kami minta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang Umi, yang telah engkau janjikan kepada kami bahwa Engkau akan mengutus dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?
Apabila bertempur, mereka selalu berdoa dengan doa ini, sehingga kalahlah kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur kepada Nabi saw.. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 89) sebagai laknat kepada orang-orang yang memohon pertolongan Allah, yang setelah dikabulkan mengingkarinya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa kaum Yahudi minta pertolongan untuk mengalahkan kaum Aus dan kaum Khazraj dengan memakai nama Rasulullah saw., sebelum beliau diutus menjadi Rasul. Akan tetapi setelah Allah mengutus Rasul dari bangsa Arab, mereka kufur kepadanya, dan mereka ingkari apa yang mereka katakan tentang Nabi saw.. Maka berkatalah Mu’adz bin Jabal, Bisyr bin al-Barra’, dan Dawud bin Salamah kepada mereka: “Wahai kaum Yahudi. Takutlah kamu kepada Allah dan masuk Islamlah kamu, karena kamu telah minta pertolongan kepada Allah memakai nama Muhammad untuk mengalahkan kami di saat kami termasuk kaum musyrikin. Kamu memberi kabar kepada kami bahwa sesungguhnya ia (Muhammad) akan diutus, dan kamu mengemukakan sifat-sifat Muhammad dengan sifat yang ada padanya.” Maka berkatalah Salam bin Musykam, salah seorang dari Banin Nadlir: “Dia tidak memenuhi sifat-sifat yang kami kenal, dan dia bukan yang kami terangkan kepadamu.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 89) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
8FEB
94. Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, Maka inginilah[75] kematian(mu), jika kamu memang benar.”
(Al-Baqarah: 94)
[75] Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abul ‘Aliyah. Bahwa kaum Yahudi berkata: “Tidak akan masuk syurga kecuali penganut agama Yahudi.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 94) sebagai sindiran kepada orang-orang yang mengaku ahli surga.
97. Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
(Al-Baqarah: 97)
98. “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
(Al-Baqarah: 98)
Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Anas. Bahwa ‘Abdullah bin salam mendengar akan tibanya Rasulullah di saat dia berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal. Tidak akan ada yang mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi: 1) apa tanda-tanda pertama hari kiamat. 2) makanan apa yang pertama-tama dimakan oleh ahli surga, dan 3) mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya?” Nabi saw. menjawab: “Baru saja Jibril memberitahukan hal itu kepadaku.” Abdullah bin Salam berkata: “Jibril?” Rasulullah saw. menjawab: “Ya.” ‘Abdullah bin Salam berkata: “Dia itu malaikat yang termasuk musuh kaum Yahudi.” Lalu Nabi saw. membacakan ayat ini (Al-Baqarah: 97) sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi Malaikat pesuruh Allah.
Keterangan: menurut Syaikhul Islam al-Hafizh Ibnu Hajar, di dalam Kitab Fat-hul Baari, berdasarkan susunan kalimatnya, ayat yang dibacakan oleh Nabi saw. ini (Al-Baqarah: 97), sebagai bantahan kepada kaum Yahudi, dan tidak seharusnya turun bersamaan dengan peristiwa tersebut di atas. Dan inilah yang paling kuat. Di samping itu, ada keterangan lain yang sah bahwa turunnya ayat tersebut pada peristiwa lain, dan bukan pada peristiwa ‘Abdullah bin salam.
Diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa-i, dari Bakr bin Syihab, dari Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa serombongan kaum Yahudi datang menghadap Nabi saw., mereka berkata: “Hai Abal Qasim. Kami akan menanyakan lima perkara kepada tuan. Apabila tuan dapat memberitahukannya, tahulah kami bahwa tuan adalah seorang nabi.” Selanjutnya hadits itu menyebutkan, yang isinya antara lain menyebutkan mereka bertanya: 1) tentang apa yang diharamkan oleh Bani Israil atas dirinya, 2) tentang tanda-tanda kenabian, 3) tentang petir dan suaranya, 4) tentang bagaiman wanita dapat melahirkan dan laki-laki dan dapat juga wanita, dan 5) tentang siapa sebenarnya yhang memberi kabar dari langit. Dan pada akhir hadits itu disebutkan bahwa mereka berkata: “Siapa sahabat tuan itu?” yang dijawab oleh Rasulullah saw.: “Jibril.” Mereka berkata: “Apakah Jibril yang biasa menurunkan perang, pembunuhan, dan siksaan? Itu musuh kami. Jika tuan mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tanam-tanaman, dan hujan, tentu lebih baik.” Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 97) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih di dalam Musnad-nya dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari asy-Syu’bi. Sanad hadits ini sahih sampai asy-Syu’bi, hanya saja asy-Syu’bi tidak bertemu dengan ‘Umar. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dai selain asy-Syu’bi. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari as-Suddi dan Qatadah yang bersumber dari ‘Umar, keduanya munqathi’. Bahwa pada suatu hari ‘Umar datang kepada Yahudi yang ketika itu sedang membaca Taurat. Ia (‘Umar) pun kaget, karena isinya membenarkan apa yang disebut di dalam Al-Qur’an. Ketika itu lewatlah Rasulullah di hadapan mereka, dan berkatalah ‘Umar kepada Yahudi: “Aku minta agar engkau menjawab pertanyaanku dengan sungguh-sungguh dan jujur. Apakah kamu tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah?” Guru mereka menjawab: “Memang benar kami tahu bahwa beliau itu Rasulullah.” ‘Umar berkata: “Mengapa kamu tidak mau mengikutinya?” Mereka menjawab: “Ketika kami bertanya tentang penyampai kenabiannya, Muhammad mengatakan ‘Jibril’. Dialah musuk kami yang menurunkan kekerasan, kekejaman, peperangan dan kecelakaan.” ‘Umar bertanya: “Malaikat siapa yang biasa diutus kepada nabimu?” Mereka menjawab: “Mikail, yang menurunkan hujan dan rahmat.” ‘Umar bertanya: “Bagaimana kedudukan mereka di sisi Rabb-nya?” Mereka menjawab: “Yang satu di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.” ‘Umar berkata: “Tidak sepantasnya Jibril memusuhi pengikut Mikail, dan tidak patut Mikail berbuat baik kepada musuh Jibril. Sesungguhnya aku percaya bahwa Jibril, Mikail, dan Rabb mereka akan berbuat baik kepada kepada siapa yang berbuat baik kepada mereka, dan akan berperang kepada siapa yang mengumumkan perang kepada mereka.” Kemudian ‘Umar mengejar Nabi saw. untuk menceritakan hal itu. Tetapi sesampainya pada Nabi, beliau bersabda: “Apakah engkau ingin aku bacakan ayat yang baru turun padaku?” ‘Umar menjawab: “Tentu saja, ya Rasulallah.” Kemudian beliau mebaca… mang kaana ‘aduwwal li jibriila fa innahuu nazzalahuu ‘alaa qalbik… (barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu…) sampai…lil kaafiriin…(…orang-orang kafir) (Al-Baqarah: 97-98). ‘Umar berkata: “Ya Rasulallah. Demi Allah, saya tinggalkan kaum Yahudi tadi dan menghadap tuan justru untuk menceritakan apa yang kami percakapkan, tapi rupanya Allah telah mendahului saya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Abdurrahman bin Laila. Sumber ini saling menguatkan dengan sumber lain. Bahwa seorang Yahudi berkata ketika bertemu dengan ‘Umar bin al-Khaththab: “Sesungguhnya Jibril yang disebut-sebut oleh shahabatmu itu (Rasulullah) adalah musuh kami.” Berkatalah ‘Umar: “Barang siapa yang memusuhi Allah, malaikat-Nya, para Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah memusuhinya.” Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 97-98) bersesuaian dengan apa yang diucapkan ‘Umar.
Keterangan: menurut Ibnu Jarir, sebab-sebab yang diceritakan dalam hadits-hadits tersebut di atas merupakan sebab-sebab turunnya ayat ini (al-Baqarah: 97-98).
9FEB
99. “Dan Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.”
(Al-Baqarah: 99)
100. “Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.”
(Al-Baqarah: 100)
101. “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).”
(Al-Baqarah: 101)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id dan ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Ibnu Shuriya berkata kepada Nabi saw.: “Hai Muhammad. Tuan tidak memberitahukan tentang apa-apa yang kami ketahui, dan Allah tidak menurunkan ayat yang jelas kepada tuan.” Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 99).
Keterangan: Malik bin ash-Shaif menerangkan, ketika Rasulullah saw. diutus dan diingatkan kepada mereka (kaum Yahudi) akan janji mereka (untuk beriman kepada-Nya) dan apa yang dijanjikan Allah kepada mereka (dalam Taurat: tentang akan diutusnya Muhammad sebagai nabi), kaum Yahudi berkata: “Demi Allah, tidak pernah kami dijanjikan sesuatu tentang Muhammad, dan kami tidak pernah berjanji apa-apa.” Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 100-101).
102. “Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (Tidak mengerjakan sihir), Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami Hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka Telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui.”
[76] Maksudnya: kitab-kitab sihir.
[77] syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78] para Mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. ada yang berpendapat, mereka betul-betul malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti malaikat.
[79] Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syar bin Hausyab. Bahwa kaum Yahudi berkata: “Lihatlah Muhammad yang mencampur baurkan antara yang hak dan batil, yaitu menerangkan (Nabi) Sulaiman digolongkan pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin.” Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 102) yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih mempercayai setan daripada iman kepada Allah swt..
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abul ‘Aliyah. Bahwa kaum Yahudi bertanya kepada Nabi saw. beberapa kali tentang beberapa hal yang ada di dalam Taurat. Semua isi Taurat dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata kepada sesamanya: “Orang ini lebih mengetahui tentang apa yang diturunkan kepada kita daripada kita.”
Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi saw. ialah tentang sihir. Dan mereka berbantah-bantahan dengan Rasulullah tentang hal itu. Maka Allah menurunkan ayat di atas (Al-Baqarah: 102) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
9FEB
104. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): ‘Raa’ina’, tetapi Katakanlah: ‘Unzhurna’, dan ‘dengarlah’. dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih[80].”
(Al-Baqarah: 104)
[80] Raa ‘ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala para sahabat menghadapkan kata Ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata Ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa’ina padahal yang mereka katakan ialah Ru’uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raa’ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa’ina.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari as-Suddi. Bahwa dua orang Yahudi, bernama Malik bin ash-Shaif dan Rifa’ah bin Zaid, apabila bertemu dengan Nabi saw. mereka mengucapkan: “Raa’inaa sam’aka wasma’ ghaira musma’iin.. Kaum Muslimin mengira kata-kata itu adalah ucapan ahli kitab untuk menghormati nabi-nabinya. Merekapun mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi saw.. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 104) sebagai larangan untuk meniru perbuatan kaum Yahudi.
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab ad-Dalaa-il, dari as-Suddish Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kata raa’inaa dalam bahasa Yahudi berarti caci maki yang jelek. Sehubungan dengan itu ada peristiwa sebagai berikut: Ketika kaum Yahudi mendengar shahabat-shahabat Nabi saw. memakai kata (raa’inaa), mereka sengaja mengumumkan agar kata itu biasa digunakan dan ditujukan kepada Nabi saw.. Apabila para shahabat Nabi saw. menggunakan kata-kata itu, mereka menertawakannya. Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 104). Ketika salah seorang shahabat, yaitu Sa’d bin Mu’adz mendengar ayat ini, berkatalah ia kepada Yahudi: “Hai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataan itu diucapkan oleh salah seorang di antaramu sesudah pertemuan ini, akan kupenggal batang lehernya!”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari adl-Dlahhak bahwa turunnya ayat ini (al-Baqarah: 104) ketika seorang laki-laki berkata: “Ariinii sam’aka.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Athiyyah,bahwa pada waktu itu ada beberapa orang Yahudi mengatakan: “Raa’inaa sam’aka”, yang ditiru oleh beberapa orang Islam. Akan tetapi Allah membencinya dengan menurunkan ayat ini (al-Baqarah: 104).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah bahwa ketika kaum Muslimin mengucapkan: “Raa’inaa sam’aka”, datanglah kaum Yahudi dan mengatakan ucapan seperti itu pula. Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 104)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Atha’ bahwa turunnya ayat ini (al-Baqarah: 104) sehubungan dengan ucapan “raa’inaa”, yaitu bahasa yang dipakai kaum Anshar di zaman jahiliyah, dan karenanya dilarang oleh ayat ini (al-Baqarah: 104)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abul ‘Aliyah bahwa sesungguhnya orang Arab apabila bercakap-cakap dengan salah seorang temannya suka mengatakan: “Ari’nii sam’aka”. Kemudian mereka dilarang menggunakan kata-kata itu dengan turunnya ayat ini (al-Baqarah: 104).
106. “Ayat mana saja[81] yang kami nasakhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”
(Al-Baqarah: 106)
[81] para Mufassirin berlainan pendapat tentang arti ayat, ada yang mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang mengartikan mukjizat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa turunnya wahyu kepada Nabi saw. kadang-kadang pada malam hari, tapi beliau lupa pada siang harinya. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Baqarah: 106) sebagai jaminan bahwa wahyu Allah tidak mungkin terlupakan..
108. “Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu Telah sesat dari jalan yang lurus.”
(al-Baqarah: 108)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Abbas dari Sa’id atau ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rafi’ bin Huraimalah dan Wahb bi Zaid berkata kepada Rasulullah saw.: “Hai Muhammad, cobalah turunkan kepada kami suatu kitab dari langit yang dapat kami baca, atau buatlah sungai yang mengalir airnya, pasti kami akan percaya dan mengikuti tuan.” Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (al-Baqarah: 108) sebagai peringatan agar umat Islam tidak meniru bani Israil dalam mengikuti ajaran Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid bahwa orang kafir Quraisy meminta kepada Nabi Muhammad saw. supaya gunung Shafa dijadikan emas. Maka Nabi saw. bersabda: “Baiklah, akan tetapi apabila kamu kufur, gunung ini akan berakibat seperti hidangan yang diminta bani Israil.” Kaum Quraisy menolak syarat tersebut, kemudian pulan. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 108) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi bahwa turunnya ayat ini (al-Baqarah: 108) sehubungan dengan peristiwa ketika orang-orang Arab meminta kepada Nabi Muhammad saw. agar mendatangkan Allah kepada mereka, sehingga dapat terlihat dengan nyata di mata mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abul ‘Aliyah bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulallah. Bagaimana kalau kifarat (denda tebusan dosa) kami disamakan saja dengan kifarat bani Israil?” Nabi saw. menjawab: “Maha Suci Allah, sungguh aku tidak menghendakinya, karena Allah telah memberikan kepadamu yang lebih baik daripada yang diberikan kepada Bani Israil dahulu. Apabila mereka melakukan kejahata, tertulislah perbuatan itu beserta kifaratnya di atas pintu rumah mereka. Apabila telah ditunaikan kifaratnya, tinggallah kehinaan di dunia, dan apabila tidak ditunaikan mereka akan mendapat kehinaan di akhirat. Bukankah Allah telah memberikan yang lebih baik kepadamu daripada itu, dengan firman-Nya: “Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia minta ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang (an-Nisaa’: 110).” Dan selanjutnya Nabi bersabda: “Shalat yang lima waktu dan shalat Jum’at sampai shalat Jum’at berikutnya, menjadi kifarat kesalahan yang dikerjakan di antara waktu kesemuanya itu.” Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (al-Baqarah: 108), sebagai teguran terhadap orang yang ingin mengubah ketentuan Allah.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa empat ayat yang pertama dari Surah al Baqarah iaitu ayat 2,3,4,5 membicarakan sifat-sifat dan perbuatan orang Mukminin dan dua ayat berikutnya iaitu ayat 6 dan 7 menceritakan kaum kafirin bahawa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup sama ada mereka diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tidak beriman kepada Allah. Seterusnya tiga belas ayat yang berikutnya iaitu ayat 8 hingga 20 menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.(Diriwayatkan oleh al Faryabi dan Ibnu Jarirdari Mujahid)
[2.Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang Yang (hendak) bertaqwa;
3. Iaitu orang-orang Yang beriman kepada perkara-perkara Yang ghaib, dan mendirikan (mengerjakan) sembahyang serta membelanjakan (mendermakan) sebahagian dari rezeki Yang Kami berikan kepada mereka.
4. dan juga orang-orang Yang beriman kepada Kitab "Al-Quran" Yang diturunkan kepadamu (Wahai Muhammad), dan Kitab-kitab Yang diturunkan dahulu daripadamu, serta mereka yakin akan (adanya) hari akhirat (dengan sepenuhnya).
5. mereka itulah Yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang Yang berjaya. Al Baqarah:2-5]
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahawa firman Allah "Innalladzina kafaru sawa-un 'alaihim sampai walahum adzabun 'adhim" iaitu ayat 6,7, di dalam surah ini diturunkan kepada kaum Yahudi Madinah yang menjelaskan bahawa mereka itu walaupun diberi peringatan, tetap tidak akan beriman. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdan Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi 'Ikrimah dari Said dari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa dua ayat iaitu ayat 6 dan 7 diturunkan dalam peperangan al Ahzab. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari ar Rabi' dan Anas)
Mengenai firman Allah Waidza laqulladzina amanu....... (Surah al Baqarah: 2:14) diturunkan untuk menceritakan perihal Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya dalam peristiwa sebagai berikut: Pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa orang sahabat Nabi s.a.w. Abdullah berkata kepada kawan-kawannya: "Lihatlah bagaimana caranya aku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh itu!" Maka dia mendekati lalu menjabat tangan Abu Bakar sambil berkata: "Selamat penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam dan orang kedua bersama Rasulullah di dalam Qua Thur, yang mengorbankan jiwa dan harta-bendanya untuk Rasulullah."
Kemudian dia menjabat tangan Umar sambil berkata; "Selamat penghulu Bani Adi bin Ka'b yang mendapat gelaran al Faruq, yang kuat memegang agama Allah, yang mengorbankan jiwa dan harta-bendanya untuk Rasulullah."
Selepas itu dia menjabat tangan Ali bin Abi Talib sambil berkata: "Selamat saudara sepupu Rasulullah, menantunya dan penghulu Bani Hasyim selepas Rasulullah." Setelah itu, mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya: "Sebagaimana kamu telah melihat perbuatanku Tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, lakukanlah seperti apa yang telah kulakukan tadi." Maka kawan-kawannya pun memuji Abdullah bin Ubay. Apabila kaum Muslimin iaitu Abu Bakar, Umar dan Ali bertemu Rasulullah, mereka menceritakan peristiwa tersebut.
Maka turunlah ayatdi atas iaitu ayat 14. Ayat ini memberitahu tentang kepalsuan golongan munafikdi dalam menghadapi kaum Muslimin. (Diriwayatkan oleh al Wahidi dan at Tsa'labi dari Muhammad bin Marwan dan as Suddi as Shaghir dari al Kalbi dari Abi Salleh dari Ibnu Abbas) (Sanad riwayat ini daif (sangat lemah) kerana as Suddi as Saghir pendusta, begitu juga al Kalbi dan Abi Salleh daif)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa dua orang munafiq telah lari dari Rasulullah dan pergi kepada kaum musyrikin. Di dalam perjalanan mereka ditimpa hujan sebagaimana yang diterangkan dalam ayat 19 dan 20 dari surah al Baqarah, bahawa hujan tersebut mengandungi guruh yang dahsyat, petirserta kilat.
[atau (bandingannya) seperti (orang-orang Yang ditimpa) hujan lebat dari langit, bersama Dengan gelap-gelita, dan guruh serta kilat; mereka menyumbat jarinya ke Dalam telinga masing-masing dari mendengar suara petir, kerana mereka takut mati. (Masakan mereka boleh terlepas), sedang (pengetahuan dan kekuasaan) Allah meliputi orang-orang Yang kafir itu. Kilat itu pula hampir-hampir menyambar (menghilangkan) penglihatan mereka; tiap-tiap kali Kilat itu menerangi mereka (dengan pancarannya), mereka berjalan Dalam cahayanya. dan apabila gelap menyelubungi mereka, berhentilah mereka (menunggu Dengan bingungnya). dan sekiranya Allah menghendaki, nescaya dihilangkanNya pendengaran dan penglihatan mereka; Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Al Baqarah:19-20]
x
x
Setiap kali guruh berdentum mereka menutup telinga dengan jari kerana takut telinga mereka menjadi pekak dan boleh menyebabkan kematian mereka. Apabila kilat bersinar mereka berjalan dan apabila tldak ada cahaya kilat, mereka tidak dapat melihat. Oleh itu, mereka kembali ke jalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka. Pada keesokan harinya mereka bertemu dengan Rasulullah s.a.w. dan menyerahkan diri untuk memeluk Islam dengan sebaik-baiknya.
Allah menjadikan kejadian dua orang munafiq ini sebagai perbandingan kepada kaum munafiqin yang lainnya di Madinah. Apabila menghadiri majlis Rasulullah s.a.w. mereka menutup telinga dengan jari kerana takut terkena oleh sabda Rasulullah yang menerangkan keadaan mereka sehingga terbongkar rahsia atau mereka menjadi tunduk kerana terpikat hati dengan kata-kata Rasulullah.
Perbandingan di antara kedua orang munafiq dengan munafiqin Madinah ialah:
1. Kedua orang munafiq menutup telinganya kerana takut mendengar guruh yang memekakkan dan apabila kilat bercahaya mereka berjalan. Sementara kaum munafiqin Madinah menutup telinga kerana takut terkena sabda Rasullullah s.a.w. Akan tetapi pada saat banyak harta, anak buah dan mendapat ghanimah atau kemenangan, mereka ikut serta dengan kaum Muslimin dan berkata: "Nyatalah sekarang benarnya Agama Muhammad itu,"dan mereka merasa tenteram.
2. Kedua orang munafiq apabila tidak ada cahaya kilat mereka berhenti dan terpegun. Sedangkan kaum munafiqin Madinah apabila kehabisan harta, anak buah dan terkena musibah, mereka berkata: "Inilah akibat Agama Muhammad," dan mereka kembali murtad dan kufur. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abi Salleh dari Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas'ud dan beberapa orang sahabat lainnya)
"Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perbandingan apa sahaja, (seperti) nyamuk hingga ke suatu yang lebih daripadanya (kerana perbuatan itu ada hikmatnya), kalau orang yang beriman maka mereka akan mengetahui bahawa perbandingan itu benar dari Tuhan mereka; dan kalau orang kafir pula maka mereka akan berkata: "Apakah maksud Allah membuat perbandingan dengan ini?" (Jawabnya): "Tuhan akan menjadikan banyak orang sesat dengan sebab perbandingan itu, dan akan menjadikan banyak orang mendapat petunjuk dengan sebabnya; dan Tuhan tidak akan menjadikan sesat dengan sebab perbandingan itu melainkan orang yang fasiq." (Surah al Baqarah: 2: 26)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ketika Allah membuat dua contoh perbandingan kaum munafiqin dalam firmanNya iaitu dalam ayat 17 dan 19 berkatalah kaum munafiqin: "Mungkinkah Allah Yang Maha Tinggidan Maha Luhur membuat contoh seperti ini?" Maka Allah menurunkan ayat yang tersebut di atas. (Surah al Baqarah: 2: 26)
Ayat ini menegaskan bahawa dengan perumpamaan-perumpamaan yang Allah kemukakan, orang yang beriman akan menjadi tebal Imannya, sementara orang yang fasiq akan menjadi lebih sesat dari petunjuk Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan pelbagai sanad dari as Suddi)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat 26 di atas (Surah Baqarah: 2: 26) diturunkan sehubungan dengan surah Al Hajj ayat 73 (Surah al Hajj: 22: 73) dan surah al Ankabut (Surah Ankabut: 29: 41) dengan reaksi kaum munafiqin yang berkata: "Bagaimana pandanganmu tentang Allah yang menerangkan lalat dan labah-labah di dalam al Quran yang diturunkan kepada Muhammad. Apakah ini bukan buatan Nabi Muhammad?" (Diriwayatkan oleh al Wahidi dari Abdul Ghani bin
Said at Tsaqafi dari Musa bin Abdur Rahman dari Ibnu Juraij dari Atha dari Ibnu Abbas) (Abdul Ghani sangat daif)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ketika Allah menerangkan labah-labah dan lalat dalam surah al Haj ayat 73 (Surah al Haj: 22: 73) dan al Ankabut ayat 41 (Surah al Ankabut: 28: 41), kaum musyrikin berkata: "Apakah gunanya labah-labah dan lalat diterangkan dalam al Quran?" Oleh sebab itu Allah menurunkan ayat di atas. (Diriwayatkan oleh Abdul Razak dalam tafsirnya, dari Ma'mar dari Qatadah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Baqarah: 2:26) diturunkan sehubungan dengan surah al Hajj ayat 73 (Surah al Hajj: 22: 73) dan al Ankabut ayat 41 (Surah al Ankabut: 29: 41) dengan reaksi kaum musyrikin yang berkata: "Contoh seperti apakah ini yang tidakpatut dijadikan perumpamaan?" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Hasan)
KETERANGAN:
Menurut as Sayuthi: "Pendapat yang pertama iaitu pendapat Ibnu Jarir lebih sahih isnadnya dan lebih munasabah dengan permulaan surah. Sementara yang menerangkan kaum musyrikin adalah tidak sesuai dengan keadaan ayat Madaniyyah (ayat yang diturunkan di Madinah)."
Adapun yang diriwayatkan oleh al Wahidi seperti yang tersebut di atas dari Qatadah dan Hasan dengan tidak memakai isnad adalah munasabah apabila menggunakan perkataan: "Berkatalah kaum Yahudi."
"Patutkah kamu menyuruh manusia supaya berbuat kebaikan sedang kamu lupa akan diri kamu sendiri; padahal kamu semua membaca Kitab Allah, tidakkah kamu berakal?" (Surah al Baqarah: 2: 44)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa ayat di atas (Surah al Baqarah: 2:44) turun adalah untuk menceritakan tentang kaum Yahudi Madinah yang pada waktu itu berkata kepada menantunya, kaum kerabatnya dan saudara sesusunya yang telah masuk Islam: "Tetaplah kamu kepada agama yang kamu anuti (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad kerana perintahnya adalah benar."Dia menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya.
Ayat ini (Surah al Baqarah: 2:44) adalah sebagai peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan seperti itu. (Diriwayatkan oleh al Wahidi dan at Tsa'labi dari al Kalbi dari Abi Salleh dari Ibnu Abbas)
"Sesungguhnya orang yang beriman, dan orang Yahudi, dan orang Nasara (Nasrani), dan orang Saabi'in, sesiapa di antara mereka itu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta amal soleh, maka bagi mereka pahala balasannya di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. "
(Surah al Baqarah: 2: 62)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa Salman bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang penganut agama yang pernah dia anuti bersama mereka. Dia menerangkan cara sembahyang dan ibadatnya. Maka turunlah ayat yang disebut di atas (Surah al Baqarah: 2: 62) sebagai penegasan bahawa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta melakukan amal soleh akan mendapat pahala dari Allah. (Diriwayatkah oleh al Wahidi dari Abdullah bin Katsirdari Mujahid)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 62) turun menceritakan keadaan kawan-kawan Salman al Farisi. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Ibnu Abi Hatim dari as Suddi)
"Dan apabila mereka (orang Yahudi pada zaman Rasulullah) bertemu dengan orang yang beriman,mereka berkata: "Kami telah beriman," dan apabila mereka berjumpa sesama sendiri, mereka berkata: "Patutkah kamu ceritakan kepada mereka (orang Islam) dengan apa yang telah diterangkan oleh Allah kepada kamu (di dalam Kitab Taurat mengenai kebenaran Nabi Muhammad) untuk menjadikannya hujah (bukti) yang dapat mengalahkan kamu di sisi Tuhan kamu? Tidakkah kamu berakal?" (Surah al Baqarah: 2: 76)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa Nabi s.a.w. pada peperangan Bani Quraidzah telah berdiri di bawah benteng mereka. Baginda begitu marah dengan pengkhianatan yang telah mereka lakukan dan bersabda: "Hai saudara-saudara kera! Hai saudara-saudara babi! Hai penyembah-penyembah thaghut!" Para pemimpin Bani Quraidzah berkata kepada kaumnya: "Siapa yang memberitahu Muhamad tentang ucapan yang dikeluarkannya itu! Dia tidak mungkin tahu kecuali dari kamu. Mengapa kalian beritahu kepada mereka tentang kutukan Allah kepada kalian, sehingga mereka dapat mengalahkan hujjah kalian?"
Maka turunlah ayat ini (Surah al Baqarah: 2:76) yang menegaskan penyesalan mereka akan kebocoran isi taurat kepada Nabi Muhammad s.a.w. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Mujahid)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa apabila kaum Yahudi bertemu dengan orang-orang Mukminin, mereka (kaum Yahudi) berkata: "Kami percaya bahawa sahabatmu itu utusan Allah, akan tetapi dia diutuskan hanya kepadamu sahaja."
Apabila bertemu dengan teman-teman mereka, mereka berkata: "Janganlah kamu membincangkan masalah ini (kerasulan) dengan orang-orang Arab, kerana kamu dahulu pernah meminta kepada Allah agar mendapat kemenangan terhadap orang-orang Arab dengan kebesaran utusan yang akan datang (Muhammad) sedangkan kenyataannya utusan itu dari golongan mereka."
Maka Allah turunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 76) sebagai penjelasan atas kelakuan kaum Yahudi. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Ikrimah dari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 76) turun adalah untuk menceritakan tentang kaum Yahudi yang beriman tapi kemudian menjadi kaum munafiq. Dahulu di waktu mereka beriman, mereka sering berjumpa kaum Mukminin bangsa Arab dengan membawa berita yang biasa mereka bincangkan.
Setelah menjadi munafiq mereka berbicara di antara satu sama lain dengan berkata: "Mengapa kamu beritahu tentang kutukan Allah yang berupa seksaan terhadap kita sehingga mereka (kaum Mukminin) dapat berkata: "Kami lebih dicintai Allah dan lebih mulia daripada kamu." (Diriwavatkan oleh Ibnu Jarir dari as Suddi)
"Kecelakaan besar bagi orang yang menulis Kitab Taurat dengan tangan mereka (lalu membantah Kalam Allah dengan rekaan-rekaan mereka), kemudian mereka berkata: "Ini ialah dari sisi Allah," supaya mereka dengan perbuatan itu dapat membeli keuntungan dunia yang sedikit. Maka kecelakaan besar bagi mereka disebabkan apa yang ditulis oleh tangan mereka, dan kecelakaan besar bagi mereka dari apa yang mereka usahakan itu. " (Surah al Baqarah: 2: 79)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 79) diturunkan untuk menceritakan tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat. (Diriwayatkan oleh an Nasa'i dari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa turunnya ayat ini adalah berkenaan dengan paderi-paderi bangsa Yahudi yang mengetahui sifat-sifat Nabi yang tertulis dalam Taurat yang berbunyi: "Matanya seperti selalu memakai celak, tingginya sederhana, rambutnya kerinting dan mukanya cantik."Akan tetapi mereka menghapuskan kalimat tersebut dalam Taurat kerana dengki dan benci serta menggantikannya dengan kalimat: "Badannya tinggi, matanya biru dan rambutnya lurus. " (Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Ikrimah dari Ibnu Abbas)
"Dan mereka berkata: "Kami tidak sekali-kali akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang tertentu." Katakanlah (Wahai Muhammad): "Adakah kamu sudah mendapat janji dari Allah supaya (dengan itu) Allah tidakakan menyalahi janjiNya, atau hanya kamu mengatakan atas nama Allah sesuatu yang tidak kamu mengetahuinya ?"(Surah al Baqarah: 2: 80)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa pada masa Rasulullah s.a.w. sampai di Madinah, kaum Yahudi berkata: "Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia akan diseksa pada seribu tahun di dunia bersamaan dengan sehari pada hari akhirat sehingga jumlahnya selama tujuh hari sahaja dan setelah itu putuslah seksaan tersebut."
Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 80) sebagai bantahan dan peringatan kepada orang-orang yang menganggap dirinya lebih tahu dari Allah s.w.t.
(Diriwayatkan oleh at Thabarani di dalam kitabnya al Kabir, begitu juga Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abi Muhammad dari Ikrimah atau Said bin Jubairdari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat ini (Surah al Baqarah: 2:80) diturunkan berhubungan dengan ucapan kaum Yahudi yang berkata: "Kita tidak akan masuk neraka kecuali beberapa hari sahaja, iaitu selama kita menyembah anaksapi selama empat puluh hari bersesuaian dengan sumpah kita. Maka apabila telah habis empat puluh hari, putuslah seksaan terhadap kita." (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ad Dlahhak dari Ikrimah, Ibnu Abbas dan lain-lain)
"Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab dari Allah (al Quran), yang mengesahkan apa yang ada pada mereka (Kitab Taurat), sedang mereka sebelum itu sentiasa memohon (kepada Allah) kemenangan atas kaum kafir musyrik (dengan kedatangan seorang Nabi pembawa Kitab itu). Setelah datang kepada mereka apa yang mereka sedia mengetahui kebenarannya (Nabi Muhammad dan al Quran), mereka mengingkarinya; maka (dengan yang demikian), laknat Allah menimpa orang yang kafir ingkar itu." (Surah al Baqarah: 2: 89)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghatafan (Bangsa Arab). Setiap kali mereka bertempur kaum Yahudi akan kalah. Kemudian kaum Yahudi meminta pertolongan dengan berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepadaMu dengan hak Muhammad, Nabi yang ummi, yang telah Engkau janjikan kepada kami, akan Engkau utuskan Dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?"
Apabila bertempur, mereka tetap berdoa dengan doa ini sehingga kaum Ghatafan kalah di dalam peperangan tersebut. Akan tetapi ketika Rasulullah diutuskan, mereka kufur terhadap Nabi s.a.w.
Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2:89) sebagai laknat kepada orang-orang yang memohon pertolongan kepada Allah, yang setelah dikabulkan doa tersebut mereka mengingkarinya. (Diriwayatkan oleh al Hakim dalam kitab al Mustadrak dan al Baihaqi dalam kitab ad Dala'il dengan sanad yang lemah dari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa kaum Yahudi meminta pertolongan untuk mengalahkan kaum Aus dan kaum Khazraj dengan menggunakan nama Rasulullah s.a.w. sebelum baginda diutus menjadi Rasul. Akan tetapi setelah Allah mengutus Rasul dari bangsa Arab, mereka kufur kepadanya dan mereka mengingkari apa yang mereka katakan tentang Nabi s.a.w.
Maka berkatalah Muaz bin Jabal, Bisyrubnul Barra dan Daud bin Salamah kepada mereka: "Wahai kaum Yahudi! Takutlah kamu kepada Allah dan masuklah Islam kerana kamu telah meminta pertolongan kepada Allah dengan menggunakan nama Muhammad untuk mengalahkan kami, di saat kami termasuk di dalam golongan kaum musyrikin. Kamu telah memberi khabar kepada kami bahawa sesungguhnya Muhammad akan diutus dan kamu mengemukakan sifat-sifat Muhammad dengan sifat yang ada padanya itu. "
Maka berkatalah Salam bin Masykam salah seorang dari Bani Nadhir: "Dia tidak memenuhi sifat-sifat yang kami kenal dan dia bukan orang yang kami terangkan kepadamu." Maka Allah menurutkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 89) disebabkan peristiwa tersebut. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas)
"Katakanlah (wahai Muhammad kepada kaum Yahudi): "Kalau syurga negeri akhirat itu telah menjadi hak istimewa untuk kamu pada sisi hukum Allah, tidak boleh dicampuri oleh orang lain (seperti yang kamu dakwakan itu), maka cita-citakanlah mati (supaya kami dimatikan sekarang juga), jika betul kamu orang yang benar." (Surah al Baqarah: 2: 94)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa kaum Yahudi berkata: "Tidak akan masuk syurga kecuali penganut agama Yahudi." Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2:94) sebagai sindiran kepada orang-orang yang mengaku bahawa dia adalah ahli syurga. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abi 'Aliah)
"Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesiapa memusuhi Jibril maka sebabnya ialah? kerana Jibril itu menurunkan al Quran ke dalam hatimu dengan izin Allah, Yang mengesahkan kebenaran Kitab-kitab yang ada di hadapannya (yang diturunkan sebelumnya), serta menjadi petunjuk dan memberi khabar gembira kepada orang yang beriman." (Surah al Baqarah: 2: 97)
Sesiapa memusuhi Allah (dengan mengingkari segala petunjuk dan perintahNya) dan memusuhi Malaikat-malaikatNya dan Rasul-rasulNya, khasnya malaikat Jibril dan Mikail, (maka la akan diseksa oleh Allah) kerana sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang yang kafir." (Surah al Baqarah: 2: 98)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa Abdullah bin Salam telah mengetahui akan ketibaan Rasulullah pada ketika dia sedang berehat. Lalu dia mengadap Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga perkara, yang tidak akan ada yang mengetahui jawapannya kecuali seorang Nabi:
1. Apakah tanda-tanda pertama hari kiamat?
2. Apakah makanan pertama yang dimakan oleh ahli syurga?
3. Mengapakah si anak menyerupai bapanya atau kadang-kadang menyerupai ibunya ?
Maka Nabi s.a.w. menjawab: "Jibril baru sahaja memberitahu perkara ini kepadaku." Kata Abdullah bin Salam: "Jibril?" Jawab Rasulullah s.a.w.: "Ya." Abdullah bin Salam berkata lagi: "Dia itu malaikat yang termasuk musuh kaum Yahudi."Lalu Nabi membaca ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 98) sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi malaikat pesuruh Allah. (K. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas)
KETERANGAN:
Menurut Syaikhul Islam al Hafiz Ibnu Hajar dalam kitab Fathulbari: "Berdasarkan susunan kalimatnya, ayat yang dibacakan oleh Nabi ini adalah sebagai bantahan kepada kaum Yahudi dan la tidak seharusnya turun bersama dengan peristiwa di atas. Dan inilah pendapat yang paling kuat. Di samping itu, terdapat keterangan lain yang sah yang mengatakan bahawa ayat ini turun pada peristiwa lain dan bukan pada peristiwa Abdullah bin Salam."
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa satu rombongan kaum Yahudi telah datang mengadap Nabi s.a.w. dan mereka berkata: "Hai Abal Qasim! Kami akan bertanya kepada tuan mengenai lima perkara. Apabila tuan dapat memberitahunya, tahulah kami bahawa tuan adalah seorang nabi."Selanjutnya hadis tersebut menyebut isi kandungan pertanyaan mereka:
1. Apakah yang diharamkan Bani Israel atas dirinya?
2. Tentang tanda-tanda kenabian.
3. Tentang petir dan suaranya.
4. Tentang bagaimana seorang wanita dapat melahirkan seorang lelaki dan wanita.
5. Siapa yang sebenarnya memberi khabar dari langit.
Pada akhir hadis tersebut diriwayatkan bahawa mereka berkata: Siapa sahabat tuan itu? Maka Rasulullah s.a.w. menjawab: "Jibril." Mereka berkata: "Apakah Jibril yang biasa menurunkan perang, pembunuhan dan seksaan? Itu adalah musuh kami. Jika tuan berkata bahawa Mikail yang menurunkan rahmat, tanam-tanaman dan hujan, tentu lebih baik."Oleh sebab itu, turunlah ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 97) berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Tarmizi dan Nasa'i dari Bakar bin Syihab, dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa pada suatu hari Umar datang kepada Yahudi yang pada ketika itu sedang membaca Taurat. Selepas itu Umar kagum kerana isinya membenarkan apa yang disebut di dalam al Quran. Pada ketika itu Nabi s.a.w. lalu di hadapan mereka dan berkatalah Umar kepada Yahudi: "Aku meminta agar engkau menjawab pertanyaanku ini dengan bersungguh-sungguh dan jujur. Apakah kamu tahu bahawa sesungguhnya baginda adalah Rasulullah?" Guru mereka menjawab: "Memang benar kami tahu bahawa sesungguhnya baginda adalah Rasulullah."
Seterusnya Umar berkata: "Mengapa kamu tidak mahu untuk mengikutnya?" Mereka menjawab: "Ketika kami bertanya tentang penyampai kenabiannya, Muhammad mengatakan Jibril. Dia adalah musuh kami yang menurunkan kekerasan, kekejaman, peperangan dan kecelakaan."Umar bertanya lagi: "Siapakah Malaikat yang biasa diutuskan kepada Nabimu?" Mereka menjawab: "Mikail yang menurunkan hujan dan rahmat." Umar bertanya lagi: "Bagaimana kedudukan mereka disisi Tuhannya?" Mereka menjawab: "Yang satu disebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya."
Seterusnya Umar berkata: "Tidak sepantasnya Jibril memusuhi pengikut Mikail dan tidak patut Mikail berbuat baik dengan musuh Jibril. Sesungguhnya aku percaya bahawa Jibril, Mikail dan Tuhan mereka akan berbuat baik kepada sesiapa yang berbuat baik kepada mereka dan akan berperang kepada sesiapa yang mengumumkan perang kepada mereka."
Kemudian Umar mengejar Nabi s.a.w. untuk menceritakan perkara tersebut. Akan tetapi apabila sampai kepada Nabi, maka Nabi bersabda kepadanya: "Apakah engkau ingin aku bacakan ayat yang baru turun kepadaku?" Umar menjawab: "Tentu sekali ya Rasulullah."Kemudian baginda membaca: "Man kana 'aduwwalli Jibrila fainnahu nazzalahu 'ala qalbika........ sampai alkafirin"
(Surah al Baqarah: 2: 97,98). Umar berkata: "Ya Rasulullah! Demi Allah, saya tinggalkan kaum Yahudi tadi dan datang mengadap tuan untuk menceritakan apa yang kami telah percakapkan, tetapi rupa-rupanya Allah telah mendahului saya." (Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya dan Ibnu Jarir dari as Syu'bi. (Sanad ini sahih sampai as Syu'bi, hanya as Syu'bi tidak bertemu dengan Umar) (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim dari selain as Syu'bi) (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari as Suddi dan Qatadah dari Umar yang kedua-duanya adalah munqathi)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa seorang Yahudi berkata ketika bertemu dengan Umar bin Khattab: "Sesungguhnya Jibril yang disebut-sebut oleh sahabatmu itu (Rasulullah) adalah musuh kami. "Maka berkatalah Umar: "Barangsiapa yang memusuhi Allah, MalaikatNya, para Rasulnya, Jibraildan Mikail, sesungguhnya Allah memusuhinya."
Maka turunlah ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 97,98) bersesuaian dengan apa yang diucapkan oleh Umar. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abdur Rahman bin Laila. Sumber ini saling menguatkan dengan yang lainnya)
KETERANQAN
Menurut Ibnu Jarir perkara-perkara yang diceritakan dalam hadis di atas merupakan sebab-sebab penurunan ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 97-98).
"Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) ayat-ayat keterangan yang jelas nyata (al Quran), dan tidak ada yang mengengkarinya melainkan orang yang fasik. "(Surah al Baqarah: 2: 99)
"Patutkah (mereka ingkarkan ayat-ayat keterangan itu) dan patutkah tiap-tiap kali mereka mengikat perjanjian setia, dibuang dan dicabuli oleh segolongan dari mereka? Bahkan kebanyakan mereka tidak beriman. " (Surah al Baqarah: 2: 100)
"Dan apabila datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah (Nabi Muhammad, s.a.w.), yang mengesahkan apa yang ada pada mereka, sebahagian dari orang yang telah diberikan Kitab itu melemparkan Kitab Allah ke belakang mereka, seolah-olah mereka tidak mengetahui (kebenarannya)." (Surah al Baqarah: 2:101)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa Ibnu Syuria telah berkata kepada Nabi s.a.w.: "Hai Muhammad! Tuan tidak memberi tahu tentang apa-apa yang telah kami ketahui dan Allah tidak menurunkan ayat yang jelas kepada tuan. "Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2:99) sebagai bantahan terhadap ucapan mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Said dan Ikrimah dari Ibnu Abbas)
KETERANGAN
Malik Ibnu as Shaif menerangkan bahawa ketika Rasulullah diutuskan, dan diingatkan kepada mereka (kaum yahudi) akan janji mereka untuk beriman kepadaNya dan apa yang dijanjikan Allah kepada mereka itu dalam Taurat tentang perutusan Muhammad sebagai Nabi. Kaum Yahudi berkata: "Demi Allah tidak pernah kami dijanjikan sesuatu tentang Muhammad dan kami tidak pernah berjanji apa-apa."
Maka turunlah ayat di atas (Surah al Baqarah: 2:100-101).
"Mereka (membelakangkan Kitab Allah) dan mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak Syaitan dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman, padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu, akan tetapi puak-puak Syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya); kerana merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat: Harut dan Marut, di negeri Babil (Babylon), sedang mereka berdua tidak mengajar seseorang pun melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata: "Sesungguhnya kami ini hanyalah cubaan (untuk menguji imanmu), oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajarinya). Dalam pada itu ada juga orang mempelajari dari mereka berdua: ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang suami dengan isterinya, padahal mereka tidak akan dapat sama sekali memberi mudarat (atau membahayakan) dengan sihir itu seseorang pun melainkan dengan izin Allah. Dan sebenarnya mereka mempelajari perkara yang hanya membahayakan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan demi sesungguhnya mereka (kaum Yahudi itu) telah pun mengetahui bahawa sesiapa yang memilih ilmu sihir itu tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di akhirat. Demi sesungguhnya amatlah buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka, kalaulah mereka mengetahui." (Surah al Baqarah: 2:102)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa kaum Yahudi berkata: "Lihatlah Muhammad yang mencampurkan di antara perkara hak dan batil iaitu dengan menerangkan bahawa Nabi Sulaiman tergolong di dalam golongan Nabi-nabi padahal dia adalah seorang ahli sihir yang mempunyai kuasa angin."
Maka Allah menurunkan ayat tersebut (Surah al Baqarah: 2: 102) yang menegaskan bahawa kaum Yahudi lebih mempercayai syaitan daripada beriman kepada Allah s.w.t. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Syahr bin Hausyab)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa kaum Yahudi telah bertanya beberapa kali kepada Nabi s.a.w. mengenai beberapa perkara dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi kandungan Taurat dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahawa ayat tersebut merupakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata sesama mereka: "Orang ini lebih mengetahui daripada kita tentang apa yang diturunkan kepada kita."
Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi s.a.w. ialah tentang sihir dan mereka berbantah dengan Nabi tentang perkara itu. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Surah al Baqarah: 2:101) berkenaan dengan peristiwa itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi 'Aliah)
"Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengatakan: "raai'ina", (ketika kamu berkata-kata dengan Nabi Muhammad), sebaliknya katakanlah: "unzurna" dan dengarlah kamu (segala perintah dengan sebulat hati menerimanya); dan (ingatlah, bahawa orang kafiritu akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya." (Surah al Baqarah: 2: 104)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa dua orang Yahudi bernama Malik bin Shaif dan Rifa'ah bin Zaid apabila bertemu dengan Nabi mereka mengucapkan: "Ra'ina sam'aka wasma'ghaira musma'in.4 Kaum Muslimin merasakan bahawa kata-kata itu adalah ucapan ahli kitab untuk menghormati Nabi-nabinya. Mereka pun mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi s.a.w..
Maka Allah menurunkan ayat di atas (Surah al Baqarah: 2: 104) sebagai larangan di atas perbuatan mereka yang meniru perbuatan kaum Yahudi. (Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir dari as Suddi)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa kata "Raa'ina" dalam bahasa Yahudi bererti cacian dan makian yang kotor. Sehubungan dengan perkara di atas terdapat suatu peristiwa sebagai berikut: Ketika kaum Yahudi mendengar para sahabat Nabi menggunakan perkataan tersebut (Raa'ina), mereka mentertawakannya.
(4) ["Raa'ina" bererti: Sudilah kiranya kamu memerhatikan kami. Apabila para sahabat menyebut perkataan ini kepada Rasulullah, orang yahudi seakan-akan menggunakan perkataan ini (Raa'ina), padahal apa yang mereka katakan ialah "Ru'uunah" yang bererti: kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabatnya menukar perkataan "Raa'ina" kepada "Undhurna" yang sama ertinya dengan "Raa'ina".]
Sesungguhnya mereka sengaja mengumumkan agar perkataan tersebut biasa digunakan dan ditujukan kepada Nabi s.a.w..
Oleh itu, apabila seorang sahabat iaitu Saad bin Muaz mendengar ayat ini, berkatalah dia kepada kaum Yahudi: "Wahai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataan ini diucapkan oleh salah seorang di antara kamu sesudah pertemuan ini akan kupenggal batang lehernya." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im di dalam kitab ad
Dala'il dari as Suddi as Shaghir dari al kalbi dari Abi Salleh dari Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ayat ini turun ketika seorang lelaki berkata: "Ari'nisam'aka." (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari ad Dlahhak)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa pada waktu itu terdapat beberapa orang yahudi berkata: "Ari'ni sam'aka." Kemudian beberapa orang Islam meniru perkataan tersebut. Akan tetapi Allah membencinya dengan menurunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2:104). (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari 'Athiyyah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa ketika kaum Muslimin mengucapkan perkataan "ari’ni sam'aka"datanglah kaum Yahudi yang berkata seperti itu. Maka turunlah ayat ini (Surah al Baqarah: 2:104). (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Qatadah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa turunnya ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 104) adalah berhubungan dengan ucapan "Raa'ina" iaitu bahasa yang digunakan oleh kaum Ansar di zaman jahiliyyah. Oleh kerana itu, ayat ini diturunkan untuk menghalang penggunaan perkataan ini. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari 'Atha)
Dalam riwayat lain pula dikemukakan bahawa sesungguhnya orang Arab apabila bercakap dengan seorang temannya maka mereka berkata: Arini sam’ka. "Kemudian mereka dilarang menggunakan perkataan ini dengan turunnya ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 104). (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abi 'Aliah)
"Apa sahaja ayat keterangan yang Kami mansuhkan (batalkan), atau yang Kami tinggalkan (atau tangguhkan), Kami datangkan ganti yang lebih baik daripadanya, atau yang sebanding dengannya. Tidakkah engkau mengetahui bahawasanya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu?" (Surah al Baqarah: 2: 106)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa penurunan wahyu pada Nabi s.a.w kadang-kadang pada malam hari akan tetapi baginda lupa pada siang harinya. Maka Allah turunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 106) sebagai jaminan bahawa wahyu daripadaNya tidak mungkin akan dilupakan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah dari Ibnu Abbas)
"Adakah kamu pula hendak meminta dari Rasul kamu sebagaimana diminta dari Nabi Musa (oleh kaumnya) dahulu? Dan sesiapa yang menukar iman dengan mengambil kekufuran, maka sesungguhnya la telah sesat darijalan yang lurus. " (Surah al Baqarah: 2: 108)
Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa Rafi’ bin Huraimalah dan Wahab bin Zaid berkata kepada Rasulullah: "Hai Muhammad! turunkan kepada kami satu kitab dari langit agar kami dapat membacanya atau buatlah sungai yang mengalir airnya, pasti kami akan mengikut dan mempercayai tuan. " Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Baqarah: 2: 108) sebagai peringatan agar umat Islam tidak meniru Bani Israel di dalam mengikut ajaran Nabi Muhammad. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa orang kafir Quraisy telah meminta kepada nabi Muhammad s.a.w supaya gunung Shafa dijadikan emas. Maka Nabi s.a.w. bersabda: "Baiklah, akan tetapi jika kamu kufur, gunung ini akan memberi akibat kepadamu sepertimana hidangan yang diminta oleh bani Israel. [Sebagaimana terdapat di dalam surah al Maaidah ayat 112-115, kaum Hawariyyun meminta kepada Nabi Isa agar Allah menurunkan hidangan. Maka Allah mengabulkannya dengan ancaman seksaan bagi orang yang kufur kepadaNya.] Kaum Quraisy menolak syarat tersebut dan kemudian pulang. Maka Allah menurunkan ayat di atas disebabkan peristiwa ini. (K. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Mujahid)
Menurut riwayat lain pula, turunnya ayat ini (Surah al Baqarah: 2:108) adalah berhubungan dengan peristiwa ketika orang-orang Arab meminta kepada Nabi s.a.w untuk menunjukkan Allah kepada mereka sehingga mereka dapat melihatNya dengan nyata oleh mata mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari as Suddi))
Menurut riwayat lain pula, dikemukakan bahawa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah s.a.w:: "Ya Rasulullah, bagaimana kalau kifarat (denda untuk menebus dosa) kami disamakan dengan kifarat Bani Israel?" Nabi s.a.w. menjawab: "Maha Suci Allah, sesungguhnya aku tidak menghendakinya kerana Allah telah memberi kepadamu yang lebih baik daripada apa yang diberikan kepada Bani Israel dahulu. Apabila mereka melakukan kejahatan, tertulislah itu di atas pintu mereka dan kifaratnya.
No comments:
Post a Comment